Rabu, 13 Maret 2013
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): tentang batu gamping (batu kapur)
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): tentang batu gamping (batu kapur): BATU GAMPING Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secarakimia. Se...
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): METODE PENAMBANGAN
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): METODE PENAMBANGAN: METODA PENAMBANGAN Kegiatan penambangan adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil endapan bahan galian dari dala...
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): ILMU BATUBARA
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): ILMU BATUBARA: ILMU BATUBARA Definisi Batubara Batubara merupakan salah satu bahan bakar yang diperoleh dengan cara penambangan. Sesuai dengan...
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): SURFACE MINING
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): SURFACE MINING: SURFACE MINING Aktivitas penambangan berhubungan langsung dengan udara luar (atmosfer) q Keadaan tanah penutup q Keadaan...
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): SISTEM PENIRISAN TAMBANG
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): SISTEM PENIRISAN TAMBANG: SISTEM PPENERISAN TAMBANG Mine drainage adalah suatu upaya pencegahan dengan pengalihan air ketempat penambangan. Dewate...
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): mekanika bat...
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): mekanika bat...:
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI):
mekanika batuan :
BAB 1 MEKANIKA BATUAN
1.1 Difinisi dan Konsep Umum Mekanika batuan adalah il...
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI):
mekanika batuan :
BAB 1 MEKANIKA BATUAN
1.1 Difinisi dan Konsep Umum Mekanika batuan adalah il...
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): LAPORAN KP PT. SEMEN GRESIK (TUBAN)
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): LAPORAN KP PT. SEMEN GRESIK (TUBAN): DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………..i DAFTAR ISI ……………………………………………………...
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): mekanika batuan
TEKNIK PERTAMBANGAN (KEILIRA AITASI): mekanika batuan:
BAB 1 MEKANIKA BATUAN 1.1 Difinisi dan Konsep Umum Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan teoritik dan terapan yang mempelajari ka...
BAB 1 MEKANIKA BATUAN 1.1 Difinisi dan Konsep Umum Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan teoritik dan terapan yang mempelajari ka...
mekanika batuan
BAB 1 MEKANIKA BATUAN
1.1 Difinisi dan Konsep Umum
Mekanika batuan adalah ilmu
pengetahuan teoritik dan terapan yang mempelajari karakteristik, perilaku dan
respons massa batuan akibat perubahan keseimbangan medan gaya di sekitarnya,
baik karena aktivitas manusia maupun alamiah.
Menurut US National Committee on Rock Mechanics (1964)
dan dimodifikasi (1974):
Rock mechanics is : the theoritical
and applied science of the mechanical behavior of rocks and rock masses, it is
that branch of mechanics concernd with the response of rock masses to the force
fields of their physical environment.
Mekanika batuan
mempelajari antara lain :
1. Sifat
sifat dan mekanik serta karakteristik massa batuan.
2. Berbagai
teknik analisis tegangan dan regangan batuan
3. Prinsip
prisnsip yang menyatakan respons massa batuan terhada[p beban
4. Metodologi
yang logis untuk penerapan teori teori dan teknik teknik mekanika
untuk solusi problem fisik nyata di bidang rekayasa
batuan.
Mekanika batuan sendiri merupakan
bagian dari subyek yang lebih lua yaitu Geomekanika., yang membahas tentang
respons mekanik dan semua material geologi seperti batuan dan tanah.
Mekanika batuan sebagai ilmu terapan
menjadi suatu disiplin rekayasa koheren dalam tiga setengah dekade terakhir.
Bidang rekayasa pertambangan sedah sejak kira kira dua dekade terakhir telah
mulai mengambangkan teknik tekniknya sendiri bardasarkan kaidah kaidah mekanika
batuan dalam rancangan dan pelaksanaan penggalian baik di permukaan maupun
bawah permukaan.
Dari pengalaman di lapangan telah
dibuktikan bahwa aplikasi mekanika batuan untuk rancangan dan pelaksanaan
operasi penambangan telah berhasil meningkatkan efisiensi struktur struktur
dalam tambang (lereng penggalian, lubang bukaan, dan sebagainya), dan safety confidency.
kelemahan suatu struktur telah ditingkatkan
keakuratannya, sehingga mengurangi
unsurtr ial anderror.
Pelaksana di lapangan dipermudah dan dipercepat
penyelesaian pekerjaannya karena
diterapkannya soistem monitoring selama dan setelah
suatu pengalian terowongan.
1.2 Sifat massa batuan di alam dan asumsi dasar
Massa batuan, karena proses
terjadinya secara alamiah.memiliki sifat yang cenderung unik ( tidak ada
kembarannya ).Meskipun secara deskritif namanya sama misalnya andesit,tetapi
antara andesit satu dengan yang lain hampir pasti tidak sama persis.Oleh karena
itulah maka sifat massa batuan di alam adalah hetrogen,anisotrop,diskontinu.
(1) Heterogen,artinya :
- Mineralogis : Jenis miniral pembentuk batuan
berbeda-beda
- Butiran padatan : Ukuran dan bentuknya berbeda-beda
- Void : ukuran,bentuk dan penyebarannya berbeda-beda
(2) Anisotrop,artinya :
- Mempunyai sifat-sifat yang berbeda pada arah yang
berbeda
(3) Diskontinu,artinya :
- Massa batuan selalu mengandung unsur struktur
geologi yang
mengakibatkannya
tidak
kontinu
seperti
karena kekar,sesar,retakan,fissure,bidang
perlapisan.Struktur geologi ini cenderung “memperlemah” kondisi massa bantuan.
Kondisi di atas apabila diperlakukan
sebagaimana adanya tidak memungkinkan dilakukan solusi dengan pendekatan
logik-matematik.Oleh karena itu perlu penyederhanaan dengan asumsi,yang semula
Heterogen-Anisotrop-Diskontinu menjadi Homogen-Isotrop-Kontinu.
Dalam asumsi di atas,seolah-olah terjadi
kontradiksi atau saling bertolak belakang antara kondisi sebenarnya pada massa
batuan denga asumsi yang dibuat.Tetapi asumsi itu harus disertai
equivalensi,misalnya dari kondisi batuan B1,B2.B3 diasumsikan menjadi batuan B'
yang homogen,isotrop,dan kontinu ( lihat Gambar 1.1 ).
LAPORAN KP PT. SEMEN GRESIK (TUBAN)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………ii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………………………..v
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………………………...vi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1
I.1. Latar Belakang………………………………………………………………………1
I.2. Tujuan dan Manfaat………………………………………………………………..2
I.3. perumusan
masalah………………………………………………………………..3
I.4. Metodologi Pengumpulan
Data……………………………………………………3
I.5.
RuangLingkupKajianKerjaPraktek………………………………………………..4
BAB II TINJAUAN UMUM……………………………….……………………………….5
II.1. Profil
Perusahan PT Semen Gresik (Persero)Tbk………………….…………..5
II.2. Visi dan Misi…………..……..………………………………………………….7
II.3. Struktur
Organisasi Perusahan. ….………………………………………...7
II.4. Sistim Menejemen PT Semen Gresik (persero)Tbk……………………………8
II.5. Sejarah……………………………………………..8
II.6. Iklim dan
Curah Hujan……………………………………………………………10
II.7. Anak
perusahan……………………………………………………………………11
2.8. Keadaan
Geologi…………………………………………………………………..
2.9. Stratigrafi…………………………………………………………………..
2.10. Target
Produksi……………………………………………………………
BAB III DASAR TEORI..……….…………………………………………………….11
3.1. Definisi Crusher………..………………………………….…….12
3.2. Jenis – Jenis Crusher...................................................................................17
3.3. Alat
pengecilan Ukuran (Size Reduction).....................................................17
BAB IV ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN..........................................................16
IV.1. ANALISIS DATA…………………………………………………………………..16
IV.1.1. Tinjauan Teknis Rencana Kerja Produksi Alat Muat Dan
Alat Angkut………………………………………………………………..16
IV.1.1.1.Sasaran Produksi……………………………………………….16
IV.1.1.2. Faktor Yang Mempengaruhi
Kemampuan Alat……………..18
IV.1.1.3. Waktu Kerja……………………………………………………..19
IV.1.1.4. Kemampuan Produksi…………………………………………21
IV.1.1.4.1. Kemampuan Alat Angkut…………………………...22
IV.1.1.4.2. Kecakapan Operator………………………………..23
IV.1.1.4.3. Kemampuan Alat Muat……………………………..24
IV.2. PEMBAHASAN……………………………………………………………………………..25
IV.2.1. Kemampuan
Produksi Alat……………………………………………………….25
IV.2.2. Penggunaan
Alat…………………………………………………………………..25
IV.2.3. Keserasian
Kerja Alat……………………………………………………………..26
IV.2.4. Penyediaan
Alat Mekanis Untuk Memenuhi Sasaran Produksi………………26
IV.2.5. Faktor Lain Yang Mempengaruhi Perlu
Diperhatikan………………………….27
BAB V PENUTUP………………………………………………………………………….28
V.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………28
V.2. Saran………………………………………………………………………………..28
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………...29
LAMPIRAN………………………………………………………………………………………..…30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakan
Operasi dalam pengolahan
mineral pada prinsipnya sama seperti
yang telah dilakukan ribuan tahun yang lalu. Tentunya perkembangan peralatan
dan system pengolahan pada masa sekarang ini telah sangat lebih modern, tetapi
masalah yang di hadapi tetap sama, yaitu bagaimana mengolah mineral dengan
sifatnya yang keras, abarasive, susunan kristal yang tidak homogen agar
mendapat hasil pemisahan yang maksimal
Pemrosesan atau pengolahan mineral adalah untuk
meningkatkan mutu atau kualitas dan kegunaan dari suatu material dasar. Hasil
pemrosesan yang dilakukan bisa berupa bongkahan – bongkahan mineral dengan
ukuran dan bentuk tertentu, ataupun hasil pengayaan kandungan logam secara
maksimum. Pemorosesan mineral yang digolongkan berdasarkan ukuran produknya dan
cara pemrosesannya dibagi menjadi dua yaitu secara kering atau basah. Pada
proses kering tidak diperlukan air dalam proses ini, dan tidak boleh
menggunakan air dalam proses ini. Sedangkan proses basah yaitu penggunaan air
untuk efesiensi proses, instalasi yang lebih lengkap, dan tidak diinginkannya
debu sebagai hasil proses.
Batu kapur merupakan salah satu
mineral industri yang banyak digukan oleh banyak industri ataupun
konstruksi.salah satunya di industri semen.
Batu kapur dapat terbentuk dengan beberapa cara
yaitu,secara organic, secara mekanik, ataupun secara kimia. Sebagian besar batu
kapur dialam terjadi secara organic, jenis ini berasal dari pengendapat, cangkang/rumah
kerang dan siput, foraminifera atau ganggang atau berasal dari binatang
koral/kerang. Untuk batu kapur yang terjadi secara mekanik, sebetulnya bahannya
tidak jauh berbeda dengan jenis batu kapur yang terjadi secara organic, yang
membedakan adalah terjadi perombakan dari bahan batu kapur tersebut yang
kemudian terbawah oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat
semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah batu kapur yang terjadi
dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air
tawar.
Penambangan batu kapur di Indonesia
umumnya dilakukan dengan cara tambang Terbuka (Kuari) tanah penutup (Overburden)
yang terdiri dari tanah liat, pasir, dan koral dikupas dahulu dengan menggukan bulldozer atau power scraper selanjutnya
penambangan dilakukan dengan cara pengeboran dan peledakan, sampai diperoleh
ukuran bongkah yang diingikan, bongkahaan yang terlalu besar akan di bor dan
diledakan ulang (secondary blasting).
Batu kapur dapat langsung digunakan sebagai bahan baku misalnya pada
industri semen,akan tetapi untuk keperluan lainnya perlu pengolahan terlebih
dahulu misalnya dengan pembakaran cara ini dimaksudkan untuk memperoleh kapur
tohr.
1.2.Tujuan Dan Manfaat
Adapun tujuan dari pelaksanaan
kerja praktek sebagai berikut :
a. Tujuan secara umum
1. Terciptanya suatu hubungan yang sinergis jelas terarah
antara dunia perguruan tinggi dan dunia
pertambangan dalam kegiatan penambangan.
2.
Meningkatkan
tingakat kepedulian dan partisipasi pada dunia industri pertambangan dalam
memberikan kontribusi pada system
pendidikan nasional.
3.
Membuka
pola pikir mahasiswa agar lebih mengetahui aplikasi kerja dilapangan.
4.
Menggali
seluruh potensi, wawasan mahasiswa agar dapat membandingkan materi perkuliahan
yang didapat dengan mengaplikasikan kondisi kerja dilapangan.
b. Tujuan
Secara Khusus
1.
Mengetahui cara kerja alat Crusher dalam proses
pengolahan bahan semen di PT.Semen Gresik ( persero) Tbk.
2.
Mengetahui
bahan – bahan dasar yang digunakan dalam proses pembuatan semen di PT.Semen Gresik (
persero) Tbk.
3.
Mengetahui
jumlah rata – rata produksi ton/jam yang
dihasilkan dari alat Crusher di PT.Semen Gresik ( persero) Tbk.
1.3.Perumusan Masalah
Permasalahan yang dikaji dalam kerja praktek ini mengenai proses pengolahan
batu kapur sebagai bahan baku semen, dengan mengetahui reduksi ukuran batu
kapur yang akan hasilkan dari alat crusher, di PT Semen Gresik
1.4.Metodelogi Pengumpulan Data
Metode yang
digunakan dalam kerja praktek ini adalah metode kerja praktek langsung
dilapangan Data-data yang ada dilapangan digabungkan dengan teori yang
relevan sehingga dari keduanya dapat diperoleh pendekatan penyelesaian masalah.
Tahap penyelesaian masalah tersebut dilakukan
sebagai berikut :
1. Study
literratur,dilakukan untuk mencari bahan – bahan pustaka yang menunjang selama melakukan kerja
praktek dilapangan.
2. Pengamatan
di Lapangan,yaitu melakukan pengamatan
langsung meliputi :
-
Cara pengambilan bahan dasar semen (
batu kapur )
-
Cara pembuatan semen.
-
Cara
kerja alat crusher
-
Produksi rata – rata Crusher setiap hari.
-
Waktu
kerja dan effisiensi kerja .
-
Produksi dari alat crusher
-
Target Produksi yang diinginkan.
-
3. Pengelompokan data yang diperoleh dilapangan :
-
Pengambilan data bahan baku semen.
-
Data
produksi dari alat crusher .
-
Data
curah hujan mempengaruhi effsiensi kerja.
Pengolahan
data,dilakukan untuk mendapatkan data –data yang akurat dilapangan secara
langsung dan dapat diolah dalam bentuk penyusunan laporan.
Surat perizinan,bertujuan untuk
memberikan Izin Kerja Praktek dalam suatu perusahan selama satu bula .
Penyusunan
Laporan, pengamatan, pengambilan data secara langsung dilapangan dan pengolahan
data.
1.5.Ruang
Lingkup Kajian Kerja Praktek
1.
Jadwal Kegiatan PKL
:
Tempat : PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk.Lokasi : Jl. Sumberarum Kerek Tuban
Pelaksanaan
: Tanggal
01 Maret 2012 sd 30 Maret 2012
2.
Pelaksanaan
Kegiatan PKL
Pelaksanaan PKL dilaksanakan di Tuban
I PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Jl.Sumberarum.
Pelaksanaan kerja praktek ini
berlangsung selama 30 hari, yaitu mulai
dari tanggal 01. Maret 2012 sd tanggal 30. Maret 2012 .Pelaksanaan
kegiatan praktek kerja lapangan ini dilakukan
Lima kali dalam satu minggu.Waktu
pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap hari yaitu :
·
Senin
sampai Kamis : Pukul 08.00 sd. 16.00 WIB.
·
Istirahat
: Pukul 12.00 sd. 13.00 WIB.
·
Jum’at
: Pukul 08.00 sd. 16.00 WIB.
·
Istirahat
: Pukul 11.00 sd, 13.00 WIB.
Jumlah mahasiswa yang melakukan PKL sebanyak 1 orang.
TINJAUAN UMUM
2.1. PROFIL PT. SEMEN GRESIK( PERSERO ),Tbk
PT. Semen Gresik (Persero),Tbk
merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terdiri dari pabrik semen unit I,
unit II, unit III, dan unit IV. Pabrik Semen Gresik unit I dan II terletak di
desa Sidomoro kecamatan kebomas kabupaten Gresik dengan luas bangunan 150.000 m2 yang
terletak di area 750 Ha. Pabrik semen gresik unit III terletak di desa Sumber
Arum kecamatan kerek kabupaten Tuban Jawa Timur dengan luas bangunan 400.000 m2 yang
terletak di area 1.500 Ha.
Adapun pabrik unit
III yang terletak di Kerek Tuban terbagi menjadi empat bagian. Sementara ini
yang beroperasi adalah pabrik Tuban I, II dan III sedangkan untuk Tuban IV tidak
beroperasi karena kendala modal dan lainnya. Semen Gresik, Semen Padang, dan
Semen Tonasa digabung menjadi satu yaitu dengan nama Semen Gresik Group.
Persaingan yang kian merajalela diantara perusahaan semen sekarang ini,
memberikan motivasi kepada PT.Semen
Gresik (Persero)
untuk memberikan pelayanan yang lebih kepada konsumennya. Persaingan tidak
hanya terjadi antar produk domestik, tetapi juga dengan produk impor sesuai
dengan prinsip dasar pemasaran yang berorientasi kepada pelanggan (customer oriented)
dimana pelanggan dalam hal ini adalah pemakai semen. Masing-masing perusahaan
berusaha membuat produk baru yang diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan dan
keinginan konsumen.
2.2. VISI DAN MISI PT SEMEN
GRESIK (PERSERO),Tbk
VISI :
Menjadi Perusahaan Persemenan Terkemuka di Indonesia dan
Asia Tenggara.
MISI :
- Memproduksi, memperdagangkan semen dan produk terkait lainnya yang berorientasikan kepuasan konsumen dengan menggnakan teknologi yang ramah lingkungan.
- Mewujudkan manajemen perusahaan yang berstandar internasional dengan menjunjung tinggi etika bisnis, semangat kebersamaan, dan bertindak proaktif, efisien serta inovatif dalam berkarya.
- Memiliki keunggulan bersaing dalam pasar semen domestik dan internasional.
- Memberdayakan dan mensinergikan unit-unit usaha strategik untuk meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.
- Memiliki komitmen terhadap peningkatan kesejahteraan pemangku kepentingan (stakeholders) terutama pemegang saham, karyawan dan masyarakat sekitar.
2.3. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAN
Susunan Direksi
- Direktur Utama : Dwi Soetjipto
- Direktur litbang : Ir Suharto
- Direktur Produksi : Ir Suparni
- Direktur Keuangan : Drs Ahyanizzaman
- Direktur SDM : Bambang Sugeng SI.
- Direktur pengembangan usaha : Erizal Bakar
2.4. SISTEM MENAJEMEN PT SEMEN
GRESIK (PERSERO)Tbk.
Dalam
menghadapi tantangan era globalisasi pasar bebas, maka SGG telah menerapkan
sistim manajemen dan mendapatkan beberapa sertifikat sebagai berikut:
- Sistim Manajemen Mutu SNI 19-9001-2001 dan ISO 9001:2000, sertifikat No. ID03/0267 dari SGS sejak Mei 1996.
- Sistim Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004, sertifikat no GB01/19418 dari SGS sejak Februari 2001.
- Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Sejak 1999 dan OHSAS 18001:2007 sejak bulan Nopember 2007 dari SGS.
- Memperoleh Sertifikat Akreditasi Laboratorium Pengujian Bahan dari KAN yang telah menerapkan secara konsisten ISO/IEC 17025:2000 sejak Nopember 2002 dan ISO/IEC 17025:2005 sejak Maret 2007.
- API Monogram Sertifikat no. 10A-0044 dari American Petroleum Institute New York.
Semua Sistim Manajemen diatas diimplementasikan dengan
mensyaratkan Management Continous Improvement dan penerapan Sub Sistem Manajemen
meliputi :
a. Gugus Kendali Mutu (GKM)
b. 5 R
c. Sistim Saran (SS)
d. Total Productive Maintenance (TPM)
a. Gugus Kendali Mutu (GKM)
b. 5 R
c. Sistim Saran (SS)
d. Total Productive Maintenance (TPM)
e. TMM (Tim Midle Manegement)
f. SGGAI (Sement Gresik Group aword on Inovasi)
2.5. SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN PT. SEMEN GRESIK (PERSERO)Tbk.
Sejarah
dan perkembangan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. dibagi menjadi 3 (tiga) masa,
yaitu :
·
Masa Perintisan
·
Masa Persiapan
·
Masa Pelaksanaan Pembangunan
Pabrik Semen Gresik yang diresmikan tanggal 7
Agustus 1957 adalah pabrik semen pertama yang dibangun setelah Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada tanggal 24 Oktober 1969, Semen Gresik
merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertama yang merubah statusnya
menjadi Perseroan Terbatas dan pada tahun 1991, PT Semen Gresik menjadi BUMN pertama yang Go
Public. Kemudian pada tahun 1994, perusahaan ini berhasil menyelesaikan
perluasan pabrik semen di Tuban (Pabrik Semen Tuban I) dan terus berkembang
hingga dari hasil perluasan tersebut dapat dibangun Pabrik Semen Tuban II dan
kemudian Tuban III.
2.5.1. Produk
Utama
Jenis-jenis semen yang diproduksi PT Semen Gresik (Persero) Tbk.
adalah :
1.Ordinary Portland Cement (OPC)
Merupakan jenis standar yang secara luas dipakai untuk
bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
2.Portland
Pozzolan Cement (PPC)
Untuk tipe
semen Portland tipe II, III dan IV hanya dibuat berdasarkan pesanan sehingga
sifatnya tidak kontinyu.
3.Special
Blended Cement (SBC)
Adalah semen
khusus yang diciptakan untuk pembangunan mega proyek jembatan Surabaya – Madura
(Suramadu) dan cocok digunakan untuk bangunan di lingkungan air laut. Dikemas
dalam bentuk curah.
2.5.1.
Anak Perusahaan Dan Afiliasi
2.5.1.1.Anak Perusahaan
o
Anak perusahaan penghasil semen (cement making)
·
PT. Semen Padang
·
PT. Semen Tonasa
o
Anak perusahaan bukan penghasil semen (non
cement making)
1.
PT. United Tractor Semen Gresik (UTSG)
PT. United Tractor Semen
Gresik bergerak dalam bidang usaha :
·
Pertambangan galian, bahan mentah yang digunakan
untuk pembuatan semen.
·
Pekerja sipil dan angkutan.
2.
PT. Industri Kemasan Semen Gresik (IKSG)
PT. Industri kemasan Semen Gresik bergerak dalam pembuatan kantong semen
dan kantong industri kimia lainnya.
3.
PT. Kawasan Industri Gresik
PT. Kawasan Industri Gresik bergerak dalam bidang persewaan lahan
industri, penjualan lahan industri, persewaan Bangunan Pabrik Siap Pakai
(BPSP).
4.
PT. Swadaya Graha
PT. Swadaya Guna bergerak dalam bidang developer, kontraktor sipil dan
listrik, kontraktor mekanikal, workshop dan manufacture. Untuk mendukung usaha
tersebut, PT Swadaya Graha memiliki alat konstruksi dan alat berat.
5.
PT. Varia Usaha
PT. Varia Usaha
bergerak dalam bidang :
·
Jasa pengangkutan
·
Perdagangan/distributor semen
·
Pertambangan
·
Fibrikasi mesin
·
Perdagangan barang industri
·
Bengkel mobil
2.5.1.2. Afiliasi
1.
PT. Varia Usaha Beton
PT. Varia Usaha Beton bergerak dalam bidang usaha industri beton dan
bangunan, yang meliputi tiga bidang yaitu: batu pecah mesin (Crushed Stone),
beton siap pakai (Read Mix Concrete), dan beton pra cetak (Precast Concrete).
2.
PT. Swabina Gatra
PT. Swabina Gatra bergerak dalam bidang produksi kantong semen,
pembersihan kantor (cleaning service), serta persewaan gudang dan kendaraan.
3.
PT. Waru Abadi.
2.6. LOKASI PT SEMEN GRESIK
( PERSERO ) Tbk.
PT. Semen Gresik (Persero ) Tbk. pabrik Tuban terdiri atas tiga
unit yaitu Unit I, II, III, dan IV berlokasi di Desa Sumberarum, Kecamatan Kerek,
Kabupaten Tuban, Jawa Timur dengan luas area sekitar 1.500 hektar dan bangunan
pabrik luasnya 400 ribu m3 meliputi Kecamatan Merakurak, Kecamatan
Jenu dan Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Pabrik semen Tuban terletak ± 10 km
dari pelabuhan PT. Semen Gresik kearah selatan dan ± 25 km dari pusat kota
Tuban.
Sedangkan untuk pabrik semen Gresik unit I dan III yang
berlokasi di Desa Sidomoro, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur
memiliki luas area sekitar 750 hektar dan luas bangunan mencapai 150.000 m3.
Pabrik Tuban didirikan
dengan beberapa pertimbangan, antara lain :
1.
Bahan Baku Utama
Bahan
baku utama berupa batu kapur terletak di Desa Temandang ± 3 km dari lokasi
pabrik. Sedangkan bahan baku berupa tanah liat terletak di Kecamatan Kerek ± 5
km dari lokasi pabrik.
2.
Bahan Baku Pembantu
Bahan
baku pembantu diperoleh dari daerah sekitar, bahan baku pembantu berupa pasir
silica diperoleh dari Tuban dan Madura. Pasir besi diperoleh dari Pasuruan, Probolinggo
dan Cilacap. Bahan pengganti pasir besi adalah copper slage yang diperoleh dari Gresik. Gypsum diperoleh dari Petrokimia Gresik yang berupa gypsum sintetis. Untuk gypsum natural diperoleh dari
Kalimantan atau import dari Thailand . Bahan
pembantu berupa Trass didapat
dari Tuban, Probolinggo, Pasuruan dan Lumajang.
3.
Transportasi
PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. pabrik Tuban memiliki lokasi yang strategis karena
lokasi pabrik terletak ± 10 km dari jalan raya yang menghubungkan kota Surabaya
dan Semarang. Pabrik terletak dekat pelabuhan bahkan mempunyai pelabuhan
sendiri sehingga transportasi lewat laut mudah dilakukan.
4.
Faktor Sosial
Pabrik Tuban dapat menyerap banyak tenaga
kerja sehingga dapat membantu program Pemerintah dalam menanggulangi masalah
pengangguran. Untuk menjamin lancarnya operasi dan kegiatan-kegiatan dalam
pabrik serta ketentraman para karyawan beserta keluarganya maka perusahaan
menyediakan perumahan, fasilitas seperti rumah sakit, sarana pendidikan, sarana
olah raga, koperasi maupun balai pertemuan.
5.
Pemasaran
Dengan diadakannya konsolidasi
antara tiga pabrik semen BUMN yaitu PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. PT. Semen
Padang (Persero) Tbk. PT. Semen Tonasa (Persero) Tbk. maka daerah pemasaran Semen
Gresik dapat mencapai seluruh wilayah Indonesia, bahkan sudah diekspor ke luar
negeri, antara lain ke Thailand, Vietnam dan Mexico. Pemasaran Semen Gresik
melalui distributor yang tersebar diberbagai wilayah pemasaran khususnya di wilayah
Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Kalimantan Timur dan Kalimantan
Tengah. Pada umumnya produk Semen Gresik ini sudah terkenal, maka dalam
pengembangannya dalam pemasaran selalu meningkat.
2.6.1 Tata Letak Pabrik Tuban
Gambar 1. Lokasi dan Tata Letak Pabr
KETERANGAN GAMBAR :
1.
limestone Crushing 13. Clinker Cooler
2.
Clay Crushing 14. Clinker Storages
3.
Clay Storages 15. Central Control Room
4.
Limestone Storages 16. Gypsum / Trass Bin
5.
Raw Material 17. Cement Finish Grinding
6.
Iron Silica Storages 18. Cement Storages Silo
7.
Raw Grinding 19. Cement Packing and Load Out
8.
Electrostatic Precipitator 20.
Masjid
9.
Coal Grinding 21. Dormitory
10. Blending
Silo 22. Kantor Utama
11. Preheater 23. Utilitas
12. Rotary
Kiln 24. Bengkel Pemeliharaan Mesin
Untuk tata
letak/lay out pabrik seperti dapat dilihat pada gambar 1, disusun dengan
pertimbangan sebagai berikut :
1.
Unit – unit penyiapan bahan baku seperti limestone dan
clay crusher, limestone storage dan clay storage terletak tidak jauh dari area
penambangan, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam penyimpanan sementara
sebelum material dibawa ke pabrik untuk diproses selain itu belt yang digunakan
sebagai alat transport bahan baku yaitu Belt Conveyor panjang yakni sekitar ± 1
km dari pile (storage) ke raw material bin dan terbagi menjadi 5 alat.
2.
Roller Mill dan unit pembakaran seperti Blending Silo, Coal
Grinding, Preheater, Kiln dan Cooler terletak disatu area yang saling berdekatan,
hal ini dimaksudkan agar proses aliran material dari alat – alat tersebut
menjadi lebih mudah dan singkat. Selain itu proses produksi akan berlangsung
lebih cepat karena alat – alat tersebut saling terkait satu sama lainnya.
3.
Didekat unit penggilingan bahan baku/Roller Mill dan
didekat Cooler dipasang Electrostatic Presipitator sebagai alat pemisah debu.
Alasan kenapa EP (electrostatic presipitator) hanya dipasang didekat kedua alat
itu adalah :
·
Pada Roller Mill dan Cooler, debu yang keluar
bersama gas pada alat ini memiliki suhu yang cukup tinggi yaitu 950C
dimana hanya Electrostatic Presipatorlah yang dapat bertahan pada suhu tersebut
sebab Bag Filter hanya mampu menangkap debu yang bercampur gas dengan suhu
sekitar 400C.
·
Harga alat ini jauh lebih mahal dibandingkan
dengan Bag Filter yang mempunyai fungsi yang sama.
4.
Dum Klinker dan gypsum storage terletak didekat unit Finish
Mill sehingga transport material untuk penggilingan akhir sampai menjadi semen
akan lebih mudah dan singkat.
5. Semen
Silo dan unit Packer berada pada satu tempat dan letaknya dekat dengan jalan
yang merupakan jalur transportasi utama di pabrik yang mengarah ke pelabuhan,
hal ini bertujuan untuk memudahkan truk - truk pengangkut semen keluar masuk
pabrik untuk mendistribusikan ke konsumen.
2.7. IKLIM DAN CURAH HUJAN
Daerah Tuban beriklim tropis, dan setiap tahunnya dipengaruhi
oleh dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau berlangsung
dari bulan Mei sampai bulan Oktober, sedangkan musim hujan berlangsung dari
bulan November sampai bulan April. Data curah hujan diperoleh dari hasil
pengamatan DPU pengairan DATI II Tuban pada daerah Kerek, dan menjadi arsip di
PT. UTSG antara tahun 1992 - 2001. Dari data hasil pengamatan curah hujan rata-rata pada musim hujan adalah
164 mm/bulan dan curah hujan rata-rata pada musim kemarau adalah 43 mm/bulan.
Suhu udara permukaan diwilayah penambangan, bervariasi antara 26°C -
37°C
dengan suhu udara rata-rata adalah 36°C.
2.8. KEADAAN GEOLOGI
2.8.1 Morfologi
Secara
umum morfologi daerah penambangan menjadi dua, yaitu:
1.
Morfologi daerah perbukitan, dengan ketinggian antara
30 – 110 m diatas permukaan laut. Morfologi daerah ini terbentuk oleh satuan
batugamping terumbu, lembah – lembah kering sering dijumpai pada daerah utara-selatan
dan sejajar satu sama lain. Sebagian batugamping ini tertutupi oleh lapisan
tanah penutup dengan tebal sekitar 0,5 m .
Oleh penduduk setempat daerah ini dijadikan lahan pertanian dengan
menanami tanaman pangan seperti jagung, padi, ketela pohon, kacang hijau dan
kacang tanah.
2.
Satuan morfologi daratan rendah, dengan ketinggian 5 m – 30 m diatas permukaan air
laut. Morfologi daerah ini terbentuk oleh endapan alluvial terdiri dari Lumpur,
lanau dan lempung berwarna coklat kekuningan.
2.8.2. Struktur Geologi
Dari peta geologi daerah Tuban dan sekitarnya, maka dapat diperkirakan
bahwa daerah Cekungan Rembang ini telah terjadi proses perlipatan yang
menyebabkan terbentuknya struktur antiklin. Perlipatan dicekungan ini mempunyai
arah umum Timur – Barat. Sebagai akibat dari proses perlipatan tersebut
terbentuklah struktur kekar dan struktur sesar.
2.9. STRATIGRAFI
Menurut hasil pengamatan singkapan batuan yang dilakukan ahli geologi Van
Bummelan (1949), daerah ini termasuk kedalam fisiografi Cekungan Rembang.
Stratigrafi regional Cekungan Rembang ini mulai dari yang tertua sampai yang
termuda dapat dilihat pada (Gambar 2).
Berdasarkan hasil pengamatan, pada daerah penambangan batugamping
terdapat dua satuan batuan, yaitu :
1. Satuan Batugamping Formasi Paciran
Batugamping pada satuan Formasi Paciran merupakan batugamping terumbu
yang berumur pliosen. Secara fisik batuan ini dapat dibedakan menjadi satuan
batugamping keras dan lunak.
Batugamping terumbu keras bersifat kompak, kristalin, berwarna putih sampai
coklat kekuningan, mengandung fosil koral, foraminifera dan moluska. Pada
umumnya batugamping ini berongga – rongga
dan banyak didapat retakan-retakan yang telah terisi oleh kalsit.
Batugamping ini merupakan 80% dari seluruh cadangan batugamping.
2. Satuan Batuan Formasi Notopuro
Ketidakselarasan diatas satuan batugamping formasi paciran diendapkan
batuan berumur holosen yang terdiri dari breksi, batupasir, tufaan dan tuff dan
menempati daerah morfologi datar. Bisa dilihat
pada gambar 2 dibawah ini.
Umur |
Stratigrafi
|
Litologi
|
Pemerian
|
||
Zaman
|
Kala
|
||||
Kwarter
|
Holosen
|
Formasi Notopuro
Formasi Kabuh
Formasi Lidah
Formasi Mundu
Formasi
Paciran
Formasi
Wonocolo
Formasi Ledok
Formasi Bulu
Formasi Ngrayong
Formasi Tawun
|
Breksi, batupasir tufaan &
tuf
Batupasir tufan, sisipan
batulempung, konglomerat & tuf
Batulempung
sisipan batupasir gampingan dan batu apung
Batugamping napalan, batugamping dolomitan
Batugamping
koral dan Kalkarenit
Batugamping pasiran,
selang-seling batugamping klastik
Batugamping gloukonit
Batugamping pasiran sisipan
napal
Batugamping, batupasir kuarsa selang-seling
batugamping klastik
Napal pasiran dan batugamping bioklastik
|
||
Plistosen
|
Akhir
|
||||
Tengah
|
|||||
Awal
|
|||||
Tersier
|
Pliosen
|
||||
Miosen
|
Akhir
|
||||
Tengah
|
|||||
Awal
|
Gambar 2. Umur Batuan
2.10. TARGET PRODUKSI
Target produksi adalah suatu proses dimana dari kegiatan
penambangan tersebut telah menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Maka
pada awalnya target produksi PT. Semen Gresik memiliki nilai berkapasitas
250.000 ton/tahun dengan kemungkinan perluasan di masa yang akan datang.
Setelah ± dua tahun pelaksanaan pembangunan proyek tepatnya pada tanggal 7
Agustus 1957 Presiden Soekarno meresmikan pabrik Semen Gresik dengan kapasitas
250 ton/tahun.
Pada tahun 1961, pabrik Semen Gresik melakukan perluasan yang
pertama dengan menambah satu tanur pembakaran sehingga kapasitas produksi meningkat
menjadi 375.000 ton/tahun. Pada tanggal 17 April 1961, status NV. Semen Gresik
berubah menjadi perusahaan negara, yaitu PN. Semen Gresik. Dan terakhir tanggal
24 Oktober 1969, statusnya berubah lagi menjadi PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
hingga sekarang.
Pada tahun 1972, pabrik Semen Gresik melakukan perluasan yang
kedua dengan menambah satu buah Kiln sehingga kapasitasnya menjadai 500 - 600
ribu ton/tahun. Kedua Kiln di atas adalah untuk proses basah. Pada tahun 1979,
dilakukan perluasan ketiga dengan menambah dua buah Kiln untuk proses kering,
sehingga kapasitas produksi menjadi 1,5 juta ton per tahun. Pada tahun 1988,
dilakukan konversi bahan bakar dari minyak ke batubara sebagai upaya untuk
menekan biaya bahan bakar. Pada bulan Juli 1991 semen Gresik menjadi BUMN
pertama yang go public.
Optimalisasi pabrik Semen Gresik dilakukan pada tahun 1992
dengan mengganti jenis Suspension Preheater dari Gepol menjadi Cyclone,
sehingga kapasitas terpasang pabrik Semen Gresik Unit I dan II menjadi 1,8 juta
ton per tahun.
Pada tanggal 24 September 1994 peresmian Tuban I dengan
kapasitas 2,3 juta ton semen pertahun oleh Presiden Soeharto. Bulan September
1995, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk melakukan penjualan sahamnya kepada
masyarakat untuk kedua kalinya sehingga komposisi kepemilikan saham menjadi 65
% milik Pemerintah dan 35 % milik masyarakat. Berkat disiplin dan kerjasama
yang baik di antara para karyawan, maka pada tanggal 29 Mei 1996 PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. memperoleh sertifikat ISO 9002 untuk Unit I, II dan III
di Gresik dan Tuban. Semen Gresik menjadi BUMN pertama yang berubah status menjadi
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk pada tanggal 23 Oktober 1996.
Pada tanggal 17 April 1997 dilakukan peresmian pabrik Semen
Gresik Tuban II oleh Presiden Soeharto. Pabrik ini mempunyai kapasitas 2,3 juta
ton/tahun.
Pada tanggal 20 Maret 1998, Presiden Soeharto meresmikan
pabrik Semen Tuban III yang juga berkapasitas 2,3 juta ton/tahun. Salah satu
alasan didirikannya Unit III di Tuban ini adalah struktur geografis kota Tuban
dan sekitarnya, yaitu pegunungan kapur yang mempunyai kemungkinan dilakukan
penggalian bahan baku sampai dengan seratus tahun mendatang. Dengan berdirinya
pabrik Semen Gresik Unit III ini, maka total kapasitas produksi menjadi 6,9
juta ton/tahun.
DASAR TEORI
Semen mempunyai arti kata yang mampu mengikat
partikel-partikel menjadi satu.( Riyanto pada Tahun 1991). Istilah
semen pertama kali dikemukakan pada zaman Roma yang mendapatkan bahwa campuran
kapur tohor Gamping yang sudah dibakar (CO) dengan abu vulkanik dari kata
Puzzuoli dapat menimbulkan reaksi
terjadinya gumpalan yang menghablur kembali dan mengeras oleh bangsa
Roma disebut sebagai Puzzoland Cement.
Kemudian pada tahun 1824 oleh Joseph Aspdin, menjadi Portland cement dan semen
Portland, yang sekarang ini banyak diproduksi oleh banyak industri semen yang
ada di Indonesia saat ini. Industri Pertambangan merupakan suatu industri yang
bergerak dibidang bahan galian logam
maupun nonlogam, dan disisi lain pertambangan memiliki peranan yang sangat
penting di berbagai sektor industri lainnya, seperti industri keramik, industri bahan bangunan,
dan lain sebagainya. Semen merupakan salah satu bahan yang dimanfaatkan oleh industri bahan
bangunan, dimana produk tersebut dapat memberikan kontribusi pada industri
pertambangan, karena menggunakan bahan
campuran yang di pakai dalam pembuatan semen terdiri dari beberapa bahan galian golongan C ( bahan
galian industri ), yaitu seperti : batu
kapur atau gamping, dan lempung
atau tanah liat.
Batu gamping
dipakai sebagai bahan baku utama, dan lempung atau tanah liat
atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk
bubuk ( bulk ), Tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu
pada pencampuran dengan air. Batu kapur
atau gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida ( CaO),
sedangakan lempung atau tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa :
silika Oksida ( SiO2), Alumina Oksida (AI2O3), besi oksida (Fe2O3) dan
Magnesium Oksida (MgO) . Untuk
menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk
membentuk Clinkernya, kemudian dihancurkan
dan ditambah dengan Gips ( gypsum )
dalam jumlah yang sesuai dengan ukuran komposisi yang dibutuhkan.
Crusher merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menghancurkan
jenis batuan yang keras dengan alat – alat yang mendukung dalam proses pengahancuran
:
-
Dump truck
-
Hopper
-
Feeder
Bahan baku yang diperoleh dari
hasil penambangan dan diangkut dengan mengunakan dump truck kemudian
dimasukan kedalam hopper. Fungsi dari
alat hopper ini sendiri sebagai alat
penampungan awal untuk memasukan ukuran
batuan kedalam crusher.
Hopper digunakan untuk menampung batu kapur
yang tidak menggunakan kisi – kisi dibagian atasnya sedangkan yang
diperlukan untuk menampung tanah liat,
silica dan pasir besi, dilengkapi dengan kisi – kisi . Kisi – kisi ini berguna
untuk menyaring bahan yang ukuran
diameternya lebih besar dan diperkirakan dapat mengangu system kerja
crusher.Alat penghancur crusher dilengkapi dengan sebuah alat yaitu alat yang
berfungsi untuk mengumpankan bahan baku yang masuk kedalam alat tersebut yang dinamakan feeder.Crusher berfungsi untuk menghancurkan batu kapur. Crusher
terdiri dari dua bagian yaitu, Bagian yang pertama disebut vibrator kegunaan untuk mengayak atau menyaring batu kapur.
Sehingga batu kapur yang ukuranya lebih
kecil akan langsung jatuh menuju
pada belt conveyor. batu kapur yang
tertinggal akan secara langsung menuju bagian yang kedua yaitu bagian yang
memeliki alat pengahancur yang dinamakan Hammer.
Setelah mengalami penghancuran batu kapur tersebut akan jatuh menuju belt
conveyor yang sama.
Crusher yang digunakan untuk menghancurkan tanah liat dan silica tidak dilengkapi dengan bagian hammer. Hal
ini dilakukan karena bahan – bahan tersebut cukup lunak dan terjadinya proses
penghancuran pada bahan – bahan
seperti tanah liat, silica, pasir
besi yang hanya merupakan proses
penggilingan / penghancuran menjadi bahan – bahan dengan ukuran lebih kecil.
Setelah mengalami proses penghancuran bahan – bahan tersebut dikirim menuju
tempat penyimpanan yaitu Stock Pile dengan
menggunakan belt conveyor.
Penyimpanan bahan baku terdiri dari bagian utama :
-
Stock Pile
-
Bin
Sedangkan alat – alat penunjang
yang membantu dalam penyimpanan bahan baku adalah:
-
Tripper
-
Reclaimer
Pada umumnya Stock Pile dibagi menjadi dua bagian
yaitu sisi kanan dan sisi kiri. Stock Pile memeliki bentuk kesamaan yang
sama yaitu sebagai tempat penyimpanan
bahan baku digunakan tripper. Stock
Pile juga dilengkapi oleh reclaimer ,
reclaimer ini berfungsi untuk memindahkan atau mengambil raw material dari Stock Pile
ke belt conveyor dengan kapasitas
tertentu dan Sesuai dengan jumlah
kebutuhan kerja alat itu sendiri. Kegunaannya untuk menghomogenkan bahan baku yang akan
dipindahkan ke belt conveyor.Selanjutnya
bahan baku dikirim dengan menggunakan belt
conveyor menuju tempat penyimpanan kedua. merupakan awalan masukan proses pembuatan semen yaitu Bin.Semua Bin dilengkapi dengan alat penditeksi ketinggian atau level indicator. Sehingga apabila Bin tersebut sudah penuh maka secara otomatis material
- material tersebut dimasukan kedalam
alat yang dinamakan bin setetelah itu akan terhenti.Khusus dalam
penaganan gypsum. Stock Pile gypsum tidak dilengkapi dengan
reclaimer di daerah Stock Pile. Gypsum dimasukan kedalam Hopper dengan menggunakan truck penyodok dan dikirim kedalam Bin dengan menggunakan belt conveyor kapasitas Hopper ini adalah 50 ton.
3.1. DEFINISI CRUSHER
Crusher merupakan mesin yang
dirancang untuk menghancurkan/mereduksi ukuran dari suatu jenis material.
Crusher dapat digunakan untuk mengurangi ukuran atau mengubah bentuk bahan
tambang sehingga dapat diolah lebih lanjut. Cruseher merupakan alat yang
digunakan dalam proses crushing, Crushing merupakan proses yang bertujuan untuk
meliberasi mineral yang diinginkan dari mineral pengotornya. Crushing biasanya
dilakukan dengan proses kering, dan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu Prymary
crushing, secondary crushing, dan fine crushing.
Prymari crushing merupakan Merupakan peremukan tahap pertama, alat
peremuk yang biasanya digunakan pada tahap ini adalah Jaw Crusher dan Gyratory
Crusher. Umpan yang digunakan biasanya berasal dari hasil penambangan
dengan ukuran berkisar 1500 mm, dengan ukuran setting antara 30 mm sampai 100
mm. Ukuran terbesar dari produk peremukan tahap pertama biasanya kurang dari
200 mm.
Secondary Cruher merupakan peremukan tahap kedua, alat peremuk yang digunakan
adalah Jaw Crusher ukuran kecil, Gyratory Crusher ukuran kecil, Cone
Crusher, Hammer Mill dan Rolls. Umpan yang digunakan berkisar 150
mm, dengan ukuran antara 12,5 mm sampai 25,4 mm. Produk terbesar yang
dihasilkan adalah 75 m.
Fine crushing merupakan peremukan tahap lanjut dari secondary crushing,
alat yang digunakan adalah Rolls, Dry Ball Mills, Disc Mills dan Ring
Mills. Umpan yang biasanya digunakan kurang dari 25,4 mm.untuk memperkecil material hasil penambangan yang
umumnya masih berukuran bongkah digunakan alat peremuk. Material hasil dari
peremukan kemudian dilakukan pengayakan atau screening yang akan menghasilkan
dua macam produk yaitu produk yang lolos ayakan yang disebut undersize yang
merupakan produk yang akan diolah lebih lanjut atau sebagai produk akhir, dan
material yang tidak lolos ayakan yang disebut oversize yang merupakan
produk yang harus dilakukan peremukan ulang.
3.2. JENIS - JENIS CRUSHER
Berikut ini ada
beberapa type/ jenis crusher dan kegunaanya :
1. Jaw Crusher
Jaw Crusher
adalah type crusher
yang paling umum, dimana sistem kerjanya memampatkan/menghimpit material hingga
hancur, biasa digunakan untuk menghancurkan batu jenis batu yang keras, seperti
batu kali, batu pegunungan, batu mineral, batu emas, batu mangan, batu besi,
dsb dgn target penghancuran hanya sampai menjadi ukuran 1 - 5 cm.
Unjuk kerja dari
Jaw Crusher
sangat-sangat ditentukan oleh ukuran Fly wheel ( Roda Gila) nya dan kekuatan
Shaft, karena kedua komponen tersebut berperan vital.
2. Impact Crusher
Impact Crusher
adalah type crusher dengan sistem pukul rotary dengan
kecepatan rpm yang cukup tinggi, Impact crusher biasa digunakan untuk
menghancurkan batu kali dan batu gunung dengan ukuran raw material tidak
terlalu besar dan menghasilkan produk dengan ukuran yang kecil (sekitar 1 - 5
cm) yang variasi ukuran nya relatif lebih homogen. Mesin ini sangat cocok untuk
memproduksi abu batu atau jagungan untuk bahan baku aspalt kering atau
pembuatan paving block.
3. Roll Crusher
Roll Crusher
adalah type crusher
dengan sistem gilas rotary dengan kecepatan rpm yang relatif lebih rendah dari
impact crusher yaitu sekitar 300 rpm dan memiliki kapasitas produksi yang jauh
lebih besar. Unjuk kerja dari mesin Roll Crusher ini bergantung pada jenis /
kualiatas material gigi gilasnya, ukuran shaft dan ukuran Fly Wheel ( Roda
Gila) nya, yang semuanya harus disesuaikan dengan raw material dan target
kapasitas produksi. Roll Crusher biasa
banyak digunakan didunia pertambangan, yaitu untuk menghancurkan batuan dengan
tingkat kekerasan dan keuletan yang relatif rendah, seperti batu bara, batu
kapur, bahan semen, batu tembaga, belerang, dsb.
4. Cone Crusher
Cone Crusher
adalah type crusher yang cukup spesial dan customize, prinsip kerja dari Cone Crusher ini yaitu menghimpit material secara
vertical rotary dengan kecepatan rpm yang cukup sedang sekitar 500 rpm dan
bertumpu pada kekuatan pegas. Cone Crusher ini biasa digunakan sebagai secundery crusher, crusher lanjutan yaitu
menghancurkan batuan dengan ukuran sekitar 5 - 10 cm utk menghasilkan ukuran
yang dikehendaki. Kelebihan dari mesin Cone Crusher ini yaitu bisa
menghasilkan struktur pecahan batu yang relatif homogen dengan bentuk cubical (
kotak) , sehingga sangat cocok untuk memproduksi batu tensla / batu pecah yang
digunakan untuk pembuatan jalan raya.
5.
Shredder / Crusher Potong
Crusher Potong /
Shredder adalah type crusher yang
berfungsi multiguna, bekerja dengan prinsip memotong material dengan sistem
rotary dan terdiri dari gigi pisau yang jumlah nya relatif banyak. Mesin Crusher
ini biasa digunakan untuk menghancurkan / mereduksi ukuran menjadi serpihan
kecil-kecil dari berbagai jenis limbah industri, seperti limbah otomotif,
limbah elektronik, limbah cat, limbah kertas karton, limbah logam plant, dsb.
6.
Crusher Plastik.
Crusher ini merupakan
type crusher
potong juga, tetapi memiliki konstruksi yang agak berbeda, berkerja dengan
sistem potong rotary dengan kecepatan rpm yg cukup tinggi. Biasa digunakan
untuk menghancurkan segala jenis material yang terbuat dari bahan plastik
menjadi serpihan dengan ukuran sekitar 1 cm2.
7.
Hammer Mill
Mesin Crusher
jenis Hammer
Mill ini adalah mesin crusher yang bekerja dengan prinsip
pukul rotary dengan kecepatan rmp yang tinggi. Hampir sama dengan Impact Crusher,
tetapi utk hammer mill biasa menghasilkan produk dengan kehalusan mencapai 80
mesh. Mesin Hammer
mill ini biasa digunakan untuk memproduksi pasir halus,
konsentrat mineral, mineral ore, tepung batu-batuan yg unsur – unsur
pembentuknya berupa butiran halus seperti kapur, dolomite, zeolit, dsb.
8. Hammer Roller Mill
Mesin crusher jenis ini
prinsip kerja nya sama seperti mesin hammer mill, hanya saja proses nya
dilanjutkan dengan roll mill. Mesin Hammer Roller mill digunakan untuk membuat
konsentrat dari batu mineral dgn kekerasan tinggi, dan mampu menghasilkan
produk dengan tingkat kehalusan tinggi yaitu mencapai 200 - 300 mesh. Sangat
cocok utk digunakan dalam penambangan emas, penampangan tembaga, supplier
pupuk, produksi dolomite, zeolit, batu kapur, dsb.
3.3. ALAT PENGECIL UKURAN
(SIZE REDUCTION)
Semua cara yang
digunakan untuk memotong partikel zat padat dan dipecahkan menjadi kepingan –
kepingan yang lebih kecil dinamakan size reduction atau pemecahan/
pengecilan ukuran. Di dalam industri pengolahan, zat padat diperkecil
dengan berbagai cara yang sesuai dengan tujuannya. Produk –produk komersial
biasanya harus memenuhi spesifikasi yang sangat ketat dalam hal ukuran maupun
bentuk partikelnya yang sangat berpengaruh terhadap reaktifitas zat padat
tersebut. Pemecahan ini juga dapat memisahkan komponen yang mungkin tidak
diinginkan dengan cara mekanik, serta dapat juga memperkecil bahan –
bahan berserat untuk memudahkan proses penanganannya.
Secara umum tujuan dari size reduction atau pemecahan
ini adalah:
·
Menghasilkan padatan dengan ukuran maupun
spesifik permukaan tertentu
·
Memecahkan bagian dari mineral atau
kristal dari persenyawaan kimia yang terpaut pada padatan tertentu.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan alat size
reduction:
·
Ukuran umpan,
·
Size
reduction ratio,
·
Distribusi ukuran partikel di arus produk,
·
Kapasitas,
·
Sifat bahan, seperti hardness,
abrasiveness, stickiness, densitas, flammability.
·
Kondisi basah atau kering.
Beberapa cara untuk memperkecil ukuran zat padat dapat
dilakukandengan menggunakan berbagai cara, yaitu:
·
Kompresi (tekanan)
·
Impak (pukulan)
·
Atrisi (gesekan)
·
Pemotong
Kompresi umumnya digunakan untuk pemecahan
kasar zat padat keras dengan menghasilkan relatif sedikit halusan.
Pukulan menghasilkan zat yang berukuran kasar, sedang, dan halus. Atrisi
menghasilkan zat yang sangat halus dari bahan yang lunak dan tidak abrasif,
sedangkan pemotongan menghasilkan ukuran yang kasar dan beberapa yang halus.
Peralatan pemecahan atau pengecilan ukuran zat padat dapat dibedakan
berdasarkan bagaimana tenaga pemecah dilakukan, yaitu sebagai berikut:
-
Antara dua permukaan padatan, seperti crushing
dan shearing.
-
Pada satu permukaan padatan, seperti pukulan (impact).
-
Tidak pada permukaan padatan tertentu tetapi sebagai
media disekitar padatan, seperti coloid mill.
-
Tidak dengan energi mekanik melainkan menggunakan thermal
shock, explosive shattering, electrohydroulyc.
Berdasarkan ukuran zat padat yang akan dikecilkan (umpan)
maka peralatan pemecah atau pengecil ukuran zat padat dibedakan atas:
-
Pemecahan kasar, yaitu menghasilkan padatan dengan
ukuran umpan antara 2 sampai 96 inchi.
-
Pemecahan antara (intermediate), yaitu menghasilkan
padatan dengan ukuran antara 2 sampai 3 inchi.
-
Pemecah halus, yaitu menghasilkan padatan dengan ukuran
0.25 sampai 0.5 inchi.
Berdasarkan cara kerja dan ukuaran produk yang diperoleh,
maka peralatan size reduction dapat dibedakan menjadi empat kelompok
yaitu:
1.
Crusher (mesin pemecah)
2.
Grinder (mesin giling)
3.
Ultrafine Grinder (mesin giling ultra halus)
4.
Cutting machine (mesin pemotong)
PEMBAHASAN
4.1. PERSIAPAN BAHAN
Penambangan
bahan baku di PT. Semen Gresik, Pabrik Tuban meliputi batu kapur (limestone)
dan tanah liat (clay), yang dapat dipenuhi sendiri oleh PT Semen Gresik Tuban.Untuk
bahan tambahannya adalah pasir besi diambil dari Jepara, Probolinggo, Cilacap,
Banyuwangi. Oleh karena pasir besi sudah tidak dipakai lagi maka diganti dengan
copper slag yang diperoleh dari Gresik. Sedangkan untuk pasir silika didatangkan
dari Bangkalan, Cilacap, Banyuwangi, Cilacap, dan Banyuwangi. Untuk bahan
penolong berupa gypsum dan trass di datangkan dari petrokimia gresik.
Pada
unit penyiapan bahan ini meliputi bahan berupa batu kapur dan tanah liat dari
penambangan sampai pemecahan awal, karena untuk batu kapur dan tanah liat di
penuhi sendiri oleh PT.semen Gresik.
4.1.1. Persiapan
Batu Kapur
Batu
kapur diperoleh dengan cara dengan cara ditambang. Daerah penambangan batu
kapur terletak di daerah sumderarum, pongpongan dan tana milik perhutani yang
berjarak 4-5 km dari plant site kea rah tenggra.
Ada beberapa tahap - tahap
yang harus dilakukan dalam penambangan batu kapur meliputi :
1.
Pembersihan (Clearing)
yaitu
pembersihan permukaan tanah dari kotoran yang menggangu proses penambagan,
seperti semak – semak dan rumput – rumputan, pembersihan dilakukan dengan
menggunakan bulldozer.
2.
Pengupasan(stripping)
Merupakan kegiatan pengupas tanah penutup yang
mempunyai ketebalan lebih mencapai 1 – 2 mpermukaan tanha dari semak – semak
dan rumput – rumput dengan bulldozer dan shovel. Tujuan pengupasan ini agar
lapisan tanah yang tidak berguna dibersihkan atau dihilangkan karena dapat
mengurangi persentase kandungan kapur.
3.
Pengeboran
(Drilling)
Untuk penambangan batu kapur
terlebih dahulu dilakukan pengeboran guna pembuatan lubang ledak (Blast Hole).
Jarak dan kedalaman lubang bor di sesuaikan dengan kondisi operasi penambangan,
yaitu ;
-
Diameter lubang :
3 inch
-
Kedalaman :
6 – 9 meter
-
Jarak antar lubang 1,5 – 3 meter.
Peralatan yang di pakai adalah
crawl drill dan kompresor.
4.
Peledakan (blasting)
Langka
pertama peledakan adalah mengisi lubang yang dibor dengan bahan peledak. Lubang
yang tidak diisi dengan bahan peledak berfungsi untuk menahan getaran dan
retakan akan ledakan yang di timbulkan.
Bahan
peledak yang digunakan terdiri atas ;
-
Demotin (Dinamit
Amonion Gelatin) sebagai bahan peledak primer
-
ANFO (Campuran 96%
Amonium Nitrat dan 4% Fuel Oil) sebagai bahan peledak sekunder.
-
Detonator sebagai alat
pemicu peledakan.material yang diperoleh berukuran maksimal 1,2 meter dengan
jumlah ledakan 40 kali.
5.
Pengerukan dan pemuatan ( Hauling and loading )
Batu
kapur yang diledakan dikeruk dan diangkut dengan alat angkut shovel dan loader.
Selanjutnya diangkut oleh dump truk crusher dan storage.
6.
Penghancuran (Crushing)
Proses
penhancuran batu kapur dilalukan di limestone crusher dengan type hammer mill.
Di dalam crusher batu kapur mengalami size reduction dari yang berukuran 80 cm
menjadi 10 cm. Tujuan dari proses ini untuk memudahkan dalam proses
selanjutnya.
Berdasarkan
kadarnya, batu kapur yang berada di temandang dapat dibedakan menjadi 3 macam,
yaitu :
1. Batu kapur
jenis High Grade (HG) dengan kadar CaO > 51%
2. Batu kapur
jenis Medium Grade (MG) dengan kadar CaO antara 49% - 51 %
3. Batu Kapur
jenis Low Grade (LG) dengan kadar CaO < 49%
Adapun sifat
dari batu kapur adalah sebagai berikut :
a.
Warna
: Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan
b.
Kilap
: Kaca, dan tanah
c.
Goresan
: Putih sampai putih keabuan
d. Bidang belahan :
Tidak teratur
e. Pecahan
: Uneven
f.
Kekerasan
: 2,7 – 3,4 skala mohs
g. Berat
Jenis
: 2,387 Ton/m3
h.
Tenacity
: Keras, Kompak, sebagian berongga
4.1.2. Persiapan Tanah Liat
Tanah liat di ambil dari desa tobo,sugihan,temangdang, sembungrejo dan
pongpongan. Jarak quary ke plant site sekitar 3 – 4 km kea rah timur laut.
Tahap – tahap
penambangan tanah liat
1. pembersihan
(clearing)
merupakan
pembersikan kotoran dan tumbuhan yang ada di atas lapisan tanah liat bengan
menggunakan bulldozer.
2. pengupasan
(stripping)
merupakan
pengupasan tanah yang bagian atas yang biasanya tanah humus dengan ketebalan
kuran lebih 10 – 30 cm.
3. pengerukkan
(diggin)
tahap
ni merupakan tahap pengambilan tanah liat dari quarry.tanah liat di ambil
dengan cara digali atau di keruk dengan mengunakan drag line, kemudian tanah
liat di pindahkan kea lat angkut.
4. Pemuatan
(loading)
Tanah
liat setelah di keruk dimasukkan ke dump truck dengan bantuan alat angkut
shovel dibawah ke clay crusher dan storage.
5. Pengangkutan
(hauling)
Pada
tahap ini tanah liat di angkut dari tambang ke tempat penimbunan tanah liat
dekat pabrik. Tanah liat diambil dari area penambangan dengan menggunakan dump
truck ke tempat benimbunan berdiameter 50 cm dan memiliki kadar air 25% diambil
dengan loder atau dump truck kemudian diangkut ke crusher tanah liat.
4.2. UNIT PENYIAPAN
BAHAN BAKU (SEKSI CRUSHER)
Unit penyapan bahan baku utama yaitu batu kapur dan tanah
liat meliputi proses penambangan bahan baku utama sampai pengecilan bahan baku
dengan alat crusher, sehingga menjadi umpan yang siap diproses.
Pada
unit ini bertugas menyiapkan bahan baku utama dalam pembuatan semen, terdiri
dari :
1. Persiapan
batu kapur
2. Persiapan
tanah liat
Penjelasan
dari kedua unit tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
4.2.1.
Unit
Persiapan Batu Kapur
Batu kapur yang ditampung dalam storage memiliki ukuran yang
relative besar dan tidak seragam. Hal ini dapat mengganggu kelangsungan proses
pembuatan semen selanjutnya.Oleh karena itu
dibutuhkan pengecilan ukuran ( size reduction)dengan cara penggilingan menggunakan limestone
crusher sehingga menjadi umpan yang siap diproses.
Tipelimestone crusher yang
digunakan adalah hammer mill crusher Tiap
plant di pabrik Tuban memiliki dua unit hammer mill untuk batu kapur
(limestone) yang dioperasikan hanya satu saja sedangkan satu lagi dalam
keadaan stand by hammer mill memiliki
kapasitas 700ton/jam Masing-masing
dilengkapi dengan hopper yang berkapasitas 75ton yang berfungsi
menerima material daridump truck ke dalam
crusher hammer mill batu kapur akan mengalami size reduction
(pengecilan ukuran) dimana batu kapur yang bonkahan besar 80 cm akan di hancurkan dengan hammer mill yang
laju alirnya 700 ton/jam menjadi produk crusher yang berukuran 10 cm.. Hammer
mill bekerja baik untuk menghancurkan batu kapur berdiameter maksimal 80
cm material yang diterima oleh hopper kemudian dengan gerakan wobble feeder material akan bergerak menuju
hammer mill.
Hanya material yang berukuran dari 10 cm saja yang dapat lolos dari
sela-sela wobbler feeder dan dapat langsung turun
menuju belt conveyor, Hammer mill dilengkapi dengan braker plate
sebagai tempat tumpuan material yang dihancurkan oleh hammer yang berputar.
Material yang masih kasar akan terbawa kembali oleh rantai yang berputar dan
akan dihancurkankembali oleh hammer.
Material yang lolos dari hammer mill kemudian diterima oleh belt conveyor dan
akan bercampur dengan material yang lolos lewat sela-sela wobbler
feeder.Produk crusher kemudian dibawa oleh belt conveyor menuju surge bin
berkapasitas 500 ton. Kemudian material diumpankan oleh apron menuju belt conveyor.
Beltconveyor yang membawa material keluar memiliki weight
feeder untuk menimbang material yang melewatinya. Untuk menghindari debu yang
ditimbulkan saat proses penggilingan maka digunakan alat penangkap debu
bag filter.
4.2.2. Unit Persiapan Tanah Liat
Tanah liat yang ditampung dalam
storage dimasukkan kedalam hopper kemudian dilewatkan apron menuju
crusher tanah liat yang berupa double roll crusher. Roll yang
digunakan bergerigi tajam dan memiliki kapasitas 350 ton/jam.
Berbeda dengan crusher untuk batu kapur, crusher
untuk tanah liat berbentuk pisau yang bergerak memotong dan
mencacah tanah liat yang lewat. Karena
bentuknya yang seperti pisau maka clay crusher dinamakan clay cutter.
Produk berupa tanah liat yang telah terpotong-potong tersebut kemudian dibawa dengan menggunakan belt
conveyor yang dilengkapi weight feeder.
Batu kapur dan
tanah liat yang telah melewati crusher, masing-masing dibawa oleh beltconveyor
menuju mix belt conveyor tersebut dengan perbandingan
komposisi pada umumnya 80% batu kapur dan 20% tanah liat.Perbandingan
komposisi ini dapat dicapai dengan terlebih dahulu mengambil sampel batu kapur
dan tanah liat pada masing msaing belt conveyor sebelum mix belt conveyor.
Sampel ini kemudian dianalisa kandungannya di laboratorium
untuk ditentukan nilai LSFnya. Dengan mengetahui komposisi
sampel batu kapur dan tanah liat tersebut maka dapat diatur
perbandingan jumlah batu kapur dan tanah liat yang harus dicampurkan.Pengaturan ini dilakukan dengan mengatur laju
apron conveyor clay.
Campuran batu kapur dan tanah liat
yang dibawa oleh mix belt conveyor dikoreksi dengan batu kapur
dengan kualitas super grade yang memiliki kadar kapur 80%. Setelah itu
campuran tersebut diumpankan ke double roll crusher dengan tujuan size reduction dan homogenisasi campuran.
Campuran batu
kapur dan tanah liat yang telah melewati double roll crusher dijatuhkan dari
belt conveyor dengan alat tripper untuk disimpan dalam suatu pile panjang
sehingga terbentuk lapisan-lapisan material yang berbentuk prisma segitiga,Terdapat
dua pile di tiap plant pabrik Tuban dan masing-masing pile berkapasitas 45.000
ton.
Ada juga sebagian batukapur (high grade) yang tidak dicampur dengan tanah
liat karena akan digunakan sebagai bahan
koreksi dan disimpan di pile tersendiri.Di dalam pile, campuran batu kapur dan tanah liat dijaga homogenitasnya.
Homogenitas campuran batu kapur dan tanah liat
dijaga dengan melakukan reclaiming. Alat penggaruk (reclaimer) yang
digunakan di pabrik Tuban adalah FLS bridge type scrapper reclaimer dengan
bentangan sepanjang 3 meter dankapasitas 885ton/jam.
Reclaimer ini bekerja dengan cara menggaruk material pada pile kemudian
mengangkat dan meletakkannya pada belt conveyor. Material yang telah
digaruk oleh reclaimer kemudian dibawa dengan belt conveyor menuju bin campuran (mixed bin) berkapasitas 250
ton.
4.3.
PROSES OPERASIONAL LIMESTONE CRUSHER DAN CLAY
CRUSHER
Batu kapur diangkut dengan menggunakan dump truck menuju
Crusher. Ada 2 buah Crusher. Batu kapur ditumpahkan ke dalam hopper yang
kapasitasnya 75 ton. Kemudian oleh Wobbler Feeder (1FE1) batu kapur dipisahkan.
Untuk batu kapur yang ukurannya kecil (2,5 inch) akan jatuh ke dalam Belt
Conveyor (1BC1 dan 1BC2) dan yang ukurannya besar (> 2,5 inch) akan jatuh ke
dalam Crusher (1CR1 dan 1CR2). Di dalam Crusher, batu kapur akan mengalami
pengecilan ukuran. batu kapur yang berupa bongkahan-bongkahan besar (2,5 inch)
oleh Hammer Mill akan dipukul supaya bongkahan menjadi lebih halus.Dari Hopper
dan Crusher batu kapur akan dibawa oleh belt conveyor (1BC1)dan (1 BC2)
kemudian keduanya bertemu dalam 1 BC 3 dan diangkut menuju Surge Bin (1 FB 1),
oleh Apron Conveyor (1 AC 1) selanjutnya turun ke 1 BC 4. Produk Limestone
bercampur dengan produk Clay Cutter pada (1BC6 ) yang menuju ke Limestone Clay
Mix Storage untuk dipreblending.
Untuk
proses alir Tanah Liat, material dibawa dari quarry dengan dump truck menuju
Clay Hopper (1 HP 3). Kemudian oleh Apron Conveyor (1 AC 2) diumpankan ke Clay
Cutter (1CR3) yang berfungsi untuk memotong tanah liat sehingga memudahkan
proses pengeringan. Produk dari Clay Cutter akan turun ke (1BC5) kemudian
ditimbang oleh Belt scale (1 BW 2) yang terdapat dalam (1BC5), dimana clay dan
batu kapur akan bercampur pada belt conveyor (1BC6) menuju ke Limestone Clay
Storage untuk dipreblending.
Sedangkan
untuk proses alir material di reclaiming batu kapur dan tanah liat produk dari
Crusher dibawa oleh belt conveyor untuk disimpan ke dalam Limestone Clay
Storage yang berfungsi sebagai preblending. Sebagai alat untuk penumpukan
digunakan Tripper (1TR1) yang dipasang pada bagian bawah atap dari bangunan
storage.
Ukuran
Storage Limestone Clay Mix adalah 48,8m x 454 m, kapasitas total storage adalah
100.000 Mton dengan 2 stok Pile yang masing-masing 50.000.Mton.Pada Limestone Clay
Mix Storage dilengkapi Reclaimer tipe Bridge Scrapper.
Limestone
produk dari Crusher dapat pula disimpan dalam Limestone Conical Pile yang
kapasitasnya 7.200 Mton. Limestone Clay Mix yang ada dalam storage di
reklaiming dengan Scrapper. Produknya dibawa Belt Conveyor (2BC1) dan
dimasukkan dalam Mix bin (2BI 1). Batu kapur yang berada dalam Conical Pile
dibawa oleh (2BC2) menuju ke Limestone Bin(2BI2).
Pasir Besi dan Pasir Silika yang disimpan
dalam Open Storage di reklaim dengan menggunakan Loader dan dimasukkan ke dalam
Hopper (2 HP 1) yang kapasitasnya 75 ton secara bergantian. Keluar dari Hopper
oleh Apron Conveyor ditransfer ke 2 BC 4 dan dibawa menuju ke Iron Bin( 2 BI 3
) dan Silika Bin(2 BC 4 ) yang masing-masing mempunyai kapasitas 150 ton.
4.4. ASPEK ALAT CRUSHER DAN SPESIFIKASINYA
Limestone
Crusher adalah alat yang digunakan untuk
menghancurkan batu
kapur
dari ukuran besar menjadi ukuran kecil sesuai ukuran yang diinginkan. Limestone
Crusher ada beberapa tipe dan dalam pemilihannya didasarkan atas beberapa
pertimbangan, antara lain :
a. Karakteristik Material.
Pada umumnya yang dipakai adalah untuk mengetahui
indek kekerasan material (Compressive Strengh ),kandungan silica, abrasive
material maupun sifat stickiness
material.
b.
Kapasitas Produksi.
c.
Lokasi Peralatan dan
d.
Pemeliharaan alat
4.4.1. Crusher Yang Ada Di Pabrik Tuban. PT
Semen Gresik (Perselo),tb
PT
semen Gresik ( Persero ) Pabrik Tuban di
area Produksi Bahan Baku ,
terdapat
beberapa peralatan crusher antara lain
sebagai berikut :
Tuban
I , terdiri dari : Limestone Crusher : 2 Unit
Clay Crusher : 1 Unit
Tuban
II , terdiri : Limestone Crusher : 2 Unit
Secondary
Crusher: 1 Unit
Clay
Crusher : 1 Unit
Tuban
III , terdiri : Limestone Crusher : 2 Unit
Secondary
Crusher : 1 Unit
Clay
Crusher : 1 Unit
4.4.2. Jenis Crusher Yang Di Gunakan Di
Pabrik Tuban I
4.4.2.1. Crusher Untuk Batu Kapur (Limestone Crusher)
Limestone
Crusher yang ada di Pabrik Tuban
menggunakan Crusher jenis Single
Shaft Hammer Crusher. Crusher ini memecah batu kapur dari
ukuran umpan maksimum
1200 mm x 1200
mm menjadi ukuran produk dengan ukuran maksimum 75 mm.
1.
Bagian-bagian
Utama Peralatan Limestone Crusher.
a.
Hopper
Hopper adalah
tempat penampung material ( Batu Kapur ) dari Dump Truck
sebelum di Crushing di Hammer Mill yang
dibawahnya terdapat wobbler Fedder.
b. Wobbler Feeder
Peralatan
ini berfungsi sebagai pembawa material ke Hammer Mill serta berfungsi
sebagai penyaring material. Jadi material halus dengan
ukuran dibawah 100 mm bisa
langsung menjadi produk jatuh ke Belt
conveyor di bawahnya melalui sela-sela wobbler
bar , sedangkan material yang berukuran lebih besar akan
masuk ke Hammer Mill untuk
dihancurkan
Transmisi dari Reducer ke poros penggerak Wobbler :
Roller
Chain : 2 ½ P x 94 pitches ( RC 200 double )
Sprocket : 16 Tooth , 2 ½ pitch ( sisi motor penggerak ).
Shear
sprocket : 40 Tooth , 2 ½ pitch
( sisi shaft wobbler ).
Transmisi dari poros penggerak wobbler
sampai wobbler bar :
Triple
Roller Chain : RC 160 H3 , 2 ½ P
Triple
sprocket : 15 tooth , 2 ½ P (
sisi penggerak wobbler )
Triple
sprocket : 17 tooth , 2 ½ P (
sisi wobbler bar )
c. Hammer Mill
Hammer
Mill merupakan bagian utama pemecah batu kapur yang telah disaring
oleh wobbler feeder. Hammer Mill
Crusher terdiri dari 3 ( tiga ) baris dan masing masing
baris terdiri 6 buah hammer.Hammer
Crusher ini mempunyai tipe – Non Clog
Hammer
Mill dengan spesifikasi 7270 HMIS – 07
– NC – CB ,
d. Breaker Plate
Breaker Plate adalah bagian yang berada didepan hammer
yang berupa
lempengan logam yang disambung
menyerupai antai dan berputar searah jatuhnya
material. Bagian ini berfungsi sebagai
penahan batu kapur yang dihentakkan atau
dilemparkan oleh hammer millagar dapat
menjadi pecahan material yang lebih kecil dan
untuk mencegah terjadinya penimbunan
material. Jarak antara top hammer dengan
Breaker Plate adalah 5 mm , dengan
penggeraknya motor induksi 10 Hp putaran 1430
Rpm yang direduksi oleh reducer menjadi
11 RPM.
e. Cleaning Bar
Cleaning bar merupakan bagian yang hampir sama dengan
Breaker Plate,
tapi berada di belakang hammer mill
berfungsi sebagai pembersih sisa-sisa batuan.
Penggerak cleaning bar ini motor 10 HP
dengan rpm 1430 yang direkduksi oleh
reducer menjai 30 rpm. Selanjutnya
ditransmisikan kembali melalui roller chain
dengan reduksi sprocket menjadi 12.9
Rpm.
f. Fly Wheel
Fly whell berupa roda gila yang terpasang pada poros
hammer untuk menjaga
putaran poros hammer menjadi stabil.
Dengan menggunakan momen kelembabaman dari
fly wheel tersebut diharapkan jika
terjadi hentakan mendadak karena ada batu keras atau
besar beban poros hammer tidak terlalu
besar perbedaannya.
4.4.2. Pemeliharaan
Pengoperasian Alat Crusher
dikendalikan dari Control Room (CCR )
masing-masing sehingga mempermudah
dalam pengontrolan dan tidak perlu
operator yang berlebihan.
Beberapa
hal hal yang harus diperhatikan setiap akan start peralatan adalah :
- Pastikan kondisi sekitar peralatan aman dari orang
- Pastikan kondisi peralatan yang akan dijalankan dalam kondisi
siap dijalankan ,pengecekan meliputi :
-
Cek kelengkapan komponen peralatan.
-
Cek kekencangan semua sambungan baut-baut dan lain 2
-
Pastikan tidak ada benda asing yang berada di dalam
atau sekitar peralatan sehingga dapat menggangu jalannya alat.
-
Cek semua control yang ada dilapangan berfungsi semua
dan dalam posisi on.
4.4.2.2.Crusher Untuk Tanah Liat (Clay Crusher)
2.
Bagian – Bagian Clay Crusher
a. Hopper
Hoper adalah tempat untuk menampung material (
Tanah Liat ) dari dump truck atau wheel loader , sebelum dipecah dalam clay
cutter .
Pemasangan dari hopper ini harus ditumpu oleh
support yang kuat sehingga dapat menahan berat hopper itu sendiri dan
material,sehingga tidak membebani appron feeder dibawahnya, Khusus untuk hopper
clay ini diberikan lapisan anti lengket (xylethon) untuk menghindari terjadinya
clay yang menggantung di hopper karena lengket.
b. Appron Feeder
Appron Feeder , pralatan ini berfungsi sebagai
pembawa material dari hopper masuk ke bagian pemecah material ( Clay Cutter )
Appron Feeder ini digerakkan oleh motor dengan reduction gear box menjadi 2.16
rpm.
c. Clay Cutter
Clay Cutter adalah bagian berupa dua buah motor
yang berisi blade cutter untuk memecah tanah liat. Dua buah roller tersebut
berputar dengan putaran yang berbeda , yaitu slow roller axle ( Putaran Pelan )
dan Fast Roller Axle ( Putaran Cepat ) yang digerakkan oleh motor yang
terpisah.
-
Slow Roller axle
Digerakkan oleh motor 110 Kw dengan kecepatan putar 735 rpm dan direduksi melalui Belt pulley menjadi 78.4 rpm. Fungsi utama slow roller ini
untuk mendorong material tanah liat kearah bawah. Kedua roller axle ini
berdiameter sama 650 mm.
-
Fast Roller Axle
Digerakkan oleh
motor 132 Kw dengan kecepatan putar 735 rpm dan direduksi melalui belt
pulley menjadi 92,8 rpm. Dengan adanya perbedaan kecepatan ini diharapkan
diperoleh efek pemotongan yang lebih baik.
4.4.3. Pengoperasian Alat Crusher
Sesuai dengan sifat material tanah
liat yang mudah menempel maka sangat mungkin akan sering terjadi kebuntuan dan
permasalahan pada peralatan.Akumulasi material ini jika dibiarkan cukup lama
akan menjadi keras yang mana akan mempengaruhi kinerja alat , seperti putaran
roller menjadi lebih berat ( Ampere Tinggi), dowel pin sering putus, blade
cutter banyak yang patah , setting gap scrapper dengan roller berubah ubah dan
lain-lainya.Untuk menjaga agar hal tersebut tidak terjadi maka setiap akhir
operasi material dalam peralatan harus bersih dan diadakan pembersihan secara
berkala.
Untuk menjalankan Clay Cusher perlu diperhatikan
beberapa hal :
-
Pastikan kondisi sekitar peralatan aman dari orang.
-
Chek Oil reducer sesuai levelnya dan pelumas bearing.
-
Amati bagian sambungan baik yang dibaut atau dilas
dalam keadaan baik.
-
Check tegangan V – Belt penggerak.
-
Check keausan dan posisi scrapper appron dengan gap 2
mm.
-
Amati tegangan blade Appron mungkin perlu penyetelan.
-
Pastikan push button dan safety switch pada posisi yang
benar
-
Singkirkan semua benda yang dapat menggangu jalannya
alat
-
Jika ada hal yang tidak normal segera hubungi bagian
pemeliharaan.
4.4.4 Transport Pile
Alat transport
yang dipergunakan diarea Crusher adalah belt conveyor dan tripper yang membawa
material dari crusher menuju storage / tempat penyimpanan material mix ( batu
Kapur dan Tanah liat ).
a.
Belt
Conveyor : merupakan ban berjalan yang berfungsi untuk
memindahkan material dari suatu
tempat ke tempat lain.dimana terdiri dari
rubber
belt, carrying roll, return Idler , pulley, structure dan lain- lain.
b.
Tripper
Sebagai alat pencurah akhir dari produk
crusher yang didalamnya juga terdapat Belt Conveyor. Tripper ini sistem
kerjanya adalah berjalan bolak balik sepanjang pile yang telah ditentukan.
Penentuan pile ini mengunakan target target yang ada, pada saat ini Limestone
Storage sepanjang lebih kurang 300 meter dibagi menjadi empat zone pile rata-rata
75 meter ( zone I , II , III , IV )
.Pembuatan pile dengan alat pencurah tripper ini untuk membuat material umpan
dalam pile nantinya bisa menjadi lebih homogen.
Tripper
ini bekerjanya dikontrol oleh unit control Allen Bradley LSC- 500 yang dapat deprogram.
LSC-500 menyediakan alat control untuk semua motor penggerak tripper dan
interlock logic , dimana alat ini terpasang pada control panel Tripper. Semua
peralatan lapangan, seperti end of travel switch, tension switch, dan lain-lain
merupakan input control yang dihubungkan dengan kabel control dibawa ke
LSC-500. Interface signal dari / ke DCS yang dari Tripper melalui multi –
Conductor kable. Kable control digulung dalam cable drum yang digerakkan oleh
motor 380 V, demikian juga untuk Cable Power motor penggerak Tripper. Tripper
ini dapat dioperasikan secara manual atau otomatis melalui control panel pada
tripper atau melalui DCS.
4.5 SPESIFIKASI
PESAWAT
4.5.1. Unit Persiapan Bahan
a. Penyiapan Batu Kapur (Limestone Crusher)
1. Crusher ( 231.CR )
Fungsi : menperkecil
ukuran batu kapur
Type :
Non-Clog Hammer Mill model 7270
Merek :
Bulldog
Motor :
1.072 hp, 600 rpm, 6.000 volt
Kapasitas : 700 ton/jam
Bahan :
Steel plat (ASTM 47)
Jumlah hammer : 18 pcs
Jumlah alat : 2 buah (231.CR-1) dan (231.CR-2)
Ukuran produk : 0 – 60 mm, + 75 mm tidak boleh lebih 5%
Ukuran rotor : 72 in
Diameter shaft rotor : 16 in
Type kopling : rubber dengen momen insersia 137,4 lb/ft²
Kadar air maksimum : 18 % ( dry basis ) obbler feeder
(231.FE)
2. Wobble feeder ( 231.FE)
Fungsi : Mengangkut batu
kapur dari hopper ke crusher
Type : Wobbler
Kapasitas : 700 ton/jam
Lebar : 1.524 mm
Jumlah
wobbler bar : 19 buah
Motor :75 Kw, 1.500
rpm
Pitch : 318 mm
Jmlah alat : 2 buah
Bahan : baja
3.
Bag filter (231.BF)
Fungsi : menangkap debu
batu kapur
Type : backward
Curved Bladed
Kapasitas : 40.440 m³/jam
Temperature : 40°c
Tekanan : -254 mmwg
Motor : 45 Kw, 1.500
rpm
Jumlah alat : 2 buah
Bahan : baja
4.
belt conveyor ( 241.BC )
fungsi : mengankut batu
kapur menuju mix bed storage
kapasitas : 1.200 ton/jam
lebar : 2.225 mm
kecepatan : 0,62 m/det
panjang : 15.695 mm
motor : 14,6 Kw, 1.500
rpm
kemiringan : 8°
jumlah alat : 7 buah
bahan : Rubber
5.
belt scale ( 241.BW )
Fungsi : sebagai alat
untuk menimbang batu kapur
Kapasitas : 700 ton/jam
(normal), 1.800 ton/jam (maksimum)
Lebar : 2.000 mm
Kecepatan : 1,8 m/s
Jumlah alat : 2 buah
b.
penyaipan tanah liat ( clay)
1.
Clay Crusher ( 251.CR )
Fungsi : Memperkecil
ukuran tanah liat
Type :
Non-Clog double roll crusher RV 6,5 x 20
Merek :
Bedeshi – Pedova
Jumlah alat : 1 buah
Kapasitas : 350
ton/jam
Power : 0,6
Kwh/ton semen
Bulk density : 1,35 – 1,76
ton/m³
Kadar air : 30 %
Ukuran material
masuk : 500 x 500 x500
(mm³)
Ukuran produk
crusher : 90 mm
Dimensi inlet
mouth : 1.200 x 1.980
mm
Diameter
dalam roller : 650 mm
Diameterluar
roller : 790 mm
Power listrik
terpasan
Slow motor : 110 Kw,735
rpm, 8 poles
Fasi motor : 132 Kw, 735 rpm, 8 poles
Bahan
kontruksi : baja
Steinless
2.
Appron Conveyor (251.AC )
Fungsi :
Mengangkut tanah liat dari hopper ke
dalam
crusher untuk size reduction
Type :
Rollor Supported
Kapasitas : 350
ton/jam
Jumlah alat : 1 buah
Motor :
22,4 Kw, 1800 rpm
Kecepatan
rantai : 0,61 –
6,1 m/mm.
Lebar :
1500 mm
Bahan :
Baja Steinless
3.
Belt conveyor
Fungsi :
mengangkut tanah liat dari clay crusher ke
mix bed storage
kapasitas : 600
ton/jam
kecepatan : 0,5 m/det
Lebar :
1.200 mm
Panjang : 16 –
900 mm
Motor : 11
Kw, 1.500 rpm
Bahan :
Rubber
Jumlah : 1
buah
4.
Belt Scale ( 251.BW )
Fungsi :
Sebagai alat menimbang tanah liat
Kapasitas : 300
ton/jam (nomal), 680 ton/jam
(maksimal)
Lebar : 1.200 mm
Kecepatan : 1,02 m/det
Jumlah alat : 1 buah
4.6.WI OPERASI CRUSHER
4.6.1. Perencanaan
Operasi Crusher
I.
Tujuan
- Memberikan
petunjuk cara perencanaan operasi Crusher yang meliputi pembuatan mix pile
dan correction.
- Menjamin hasil perencanaan operasi dengan akurasi tinggi sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya sesuai dengan kebutuhan dan jaminan terhadap peralatan yang dipergunakan.
- Menjamin sistem dokumentasi yang dipersyaratkan, terkontrol dan terkendali.
II.
Langkah
Kerja
Menentukan jenis operasi pada
awal pile.
2.1. Operasi mixed pile ( Limestone – Clay )
Pertimbangan yang diperlukan untuk operasi mixed pile
(Limestone – Clay) adalah sebagai berikut :
a.
Mixed pile kosong (isi penuh = 45.000 ton dengan
panjang 150 meter) berdasarkan laporan atau pengisian mixed pile sesuai
kesepakatan (kurang dari 45.000 ton sesuai panjang pengisian pile).
b.
Posisi reclaimer sudah pindah di posisi mixed
pile yang masih penuh.
c.
Jika telah ditetapkan untuk beroperasi maka
melakukan perhitungan kebutuhan material batu kapur dan tanah liat berdasarkan
komposisi yang telah ditetapkan oleh laboratorium
-
Operasi correction.
Pertimbangan-pertimbangan yang diperlukan untuk
operasi correction :
a.
Mixed pile (East dan West) sudah penuh.
b.
Pile correction ada space untuk diisi dengan material
correction.
-
Stand by / tidak operasi
Pertimbangan-pertimbangan yang diperlukan untuk stand
by / tidak operasi :
a.
Mixed pile (Limestone – Clay) dan correction penuh,
sehingga tidak ada tempat untuk mengisi lagi, maka peralatan di-stand by-kan.
b.
Bila ada salah satu alat penunjang (misal alat
transport) atau alat utama mengalami gangguan sehingga tidak dapat operasi,
maka semua peralatan di-standby-kan dan dilakukan perbaikan.
Setelah menentukan jenis operasi
segera menghubungi seksi-seksi terkait pendukung
operasi meliputi : Perencanaan
dan Pengawasan Tambang, Pengendalian Proses dan
PT United Tractors Semen Gresik
dan Raw Mill.
III.
DIAGRAM
ALIR
3.1 Operasi Mixed Pile:
Mixed pile kosong ( isi penuh = 45.000 ton dengan
panjang 150 m ) berdasarkan laporan atau pengisian mixed pile sesuai
kesepakatan ( kurang dari 45.000 ton sesuai panjang pengisian pile).
|
Posisi reclaimer sudah pindah di posisi mixed
pile yang masih penuh.
|
Jika telah ditetapkan untuk beroperasi maka
melakukan perhitungan kebutuhan material batu kapur dan tanah liat
berdasarkan komposisi yang telah ditetapkan oleh laboratorium.
|
3.2 Operasi Corection:
Pile correction ada space untuk diisi dengan
material correction.
|
Mixed pile (East dan West) sudah penuh.
|
3.3. Stand By (Tidak Operasi)
Mixed pile (Limestone – Clay) dan correction
penuh, sehingga tidak ada tempat untuk mengisi lagi, maka peralatan
di-standby-kan.
|
Bila ada salah satu alat penunjang
(misal alat transport) atau alat utama mengalami gangguan sehingga tidak
dapat operasi, maka semua peralatan di-standby-kan dan dilakukan perbaikan.
|
IV.
ALAT-ALAT
YANG DIPERGUNAKAN
V.
FORM/RECORD
YANG TERKAIT:
1. Rencana Pembuatan Pile.
4.6.2.
OPERASI
MIXED PILE (CAMPURAN LIMESTONE-CLAY)
I.
TUJUAN
1.
Memberikan
petunjuk cara pembuatan mixed pile (campuran Limestone-Clay).
2.
Menjamin hasil pembuatan pile yang berkualitas
sesuai yang dipersyaratkan sehingga dapat dipertanggung jawabkan keakurasiannya
sesuai dengan kebutuhan dan jaminan terhadap peralatan yang dipergunakan.
3.
Menjamin sistem dokumentasi yang dipersyaratkan,
terkontrol dan terkendali.
II. LANGKAH
KERJA
2.1 Tuban 1:
1. Berdasarkan rencana pembuatan pile, lakukan
koordinasi dengan Pengawasan Tambang, PT. UTSG, Pengendalian Proses dan Raw
Mill.
2. Lakukan pengecekan lapangan terhadap semua
peralatan mulai transport pile dan peralatan utama (Limestone Crusher dan Clay
Crusher) dan dinyatakan layak operasi serta aman.
3. Posisikan tripper dengan manual di area yang
akan diisi material mixed (pile yang kosong).
4. Start group transport pile mulai dari Tripper
(241TR1) sampai dengan 241BC1 atau 241BC2.
5. Pantau dan amati sampai kondisi peralatan
beroperasi dengan normal.
6. Hubungi Main Sub untuk memastikan tegangan
cukup untuk melakukan start goup Limestone Crusher dan Clay Crusher.
7. Start group Limestone Crusher (231CR1 atau
231CR2) dan Clay Crusher (251CR1).
8. Start Wobbler Feeder (231FE1 atau 231FE2)
dan Appron Clay (251AC1) secara
bersamaan.
9. Kendalikan feed limestone kurang lebih 1500
Ton/jam dan feed clay menyesuaikan setting prosentase yang ditetapkan.
10. Kendalikan operasi sampai kondisi normal
dengan proporsi material Limestone dan Clay dari Pengendalian Proses.
11. Catat setiap jam kondisi operasional, masalah
yang ada dan catat perolehan produksi di setiap akhir shift.
1.2
Tuban 2 dan 3:
1. Berdasarkan rencana pembuatan pile, lakukan koordinasi
dengan Pengawasan Tambang, PT. UTSG, Pengendalian Proses dan Raw Mill.
2. Lakukan pengecekan lapangan terhadap semua
peralatan mulai transport pile dan peralatan utama (Limestone Crusher dan Clay
Crusher) dan dinyatakan layak operasi serta aman.
3. Posisikan selector lapangan dan tripper
dengan manual di area yang akan diisi material mixed (pile yang kosong).
4. Pastikan selector 242BC6 atau 243BC6 mengarah
ke Secondary Crusher 242CR1 atau 243CR1 (forward) kecuali dengan alasan yang
kuat bisa tanpa Secondary Crusher (by pass / reverse).
5. Start group transport pile mulai dari Tripper
(242TR1 atau 243TR1) sampai dengan 242BC4 atau 243BC4 dan Clay Crusher (252CR1
atau 253CR1).
6. Pantau dan amati sampai kondisi peralatan
beroperasi dengan normal.
7. Hubungi Main Sub untuk memastikan tegangan
cukup untuk melakukan start group Limestone Crusher.
8. Start group Limestone Crusher mulai 242BC3
atau 243BC3 dilanjutkan :
- 242BC1
atau 242BC2 sampai 232CR1 atau 232CR2 (Tuban2).
- 243BC1 atau 243BC2 sampai 233CR1 atau 233CR2
(Tuban3).
9. Start Wobbler Feeder untuk pengisian Surge
Bin (242AC1 atau 243AC1).
10. Jika level Surge Bin di atas 50%, start
Appron 242AC1 atau 243AC1 dan kendalikan feed kurang lebih 1500 T/jam.
11. Start Appron Clay setelah Appron Surge Bin
dengan interval waktu 5 menit untuk Tuban 2 dan 13 menit untuk Tuban 3 dengan
feed clay menyesuaikan setting prosentase yang ditetapkan.
12. Kendalikan operasi sampai kondisi normal
dengan proporsi material Limestone dan Clay dari Pengendalian Proses.
13. Catat setiap jam kondisi operasional, masalah
yang ada dan catat perolehan produksi di setiap akhir shift.
III. DIAGRAM
ALIR
3.1. Tuban 1:
Hubungi Main Sub untuk memastikan tegangan cukup untuk melakukan
start group Limestone Crusher dan Clay Crusher.
|
Pantau dan amati sampai kondisi peralatan beroperasi dengan normal.
|
Start group Limestone Crusher dan Clay Crusher.
|
Start Wobbler Feeder dan
Appron Clay secara bersamaan.
|
Berdasarkan rencana pembuatan pile, lakukan koordinasi dengan
Pengawasan Tambang, PT. UTSG, Pengendalian Proses dan Raw Mill.
|
Posisikan tripper dengan manual di area yang akan diisi material
mixed (pile yang kosong).
|
Lakukan pengecekan lapangan terhadap semua peralatan mulai transport
pile dan peralatan utama (Limestone Crusher dan Clay Crusher) dan
dinyatakan layak operasi serta aman.
|
Start group transport pile mulai dari Tripper (241TR1) sampai dengan
241BC1 atau 241BC2.
|
Kendalikan operasi
sampai kondisi normal dengan proporsi material Limestone dan Clay dari
Pengendalian Proses.
|
Catat setiap jam kondisi operasional, masalah yang ada dan catat
perolehan produksi di setiap akhir shift.
|
3.2.
Tuban 2 dan 3:
Berdasarkan rencana pembuatan pile, lakukan koordinasi dengan Pengawasan
Tambang, PT. UTSG, Pengendalian Proses dan Raw Mill.
|
Lakukan pengecekan lapangan terhadap semua peralatan mulai transport
pile dan peralatan utama (Limestone Crusher dan Clay Crusher) dan
dinyatakan layak operasi serta aman.
|
Posisikan selector lapangan dan tripper dengan manual di area yang
akan diisi material mixed (pile yang kosong).
|
Catat setiap jam kondisi operasional, masalah yang ada dan catat
perolehan produksi di setiap akhir shift.
|
Pastikan selector 242BC6 atau 243BC6 mengarah ke Secondary Crusher
242CR1 atau 243CR1 (forward) kecuali dengan alasan yang kuat bisa tanpa
Secondary Crusher (by pass / reverse).
|
Start group transport pile mulai dari Tripper (242TR1 atau 243TR1)
sampai dengan 242 BC4 atau 243 BC4 dan Clay Crusher 252CR1 atau 253CR1.
|
Hubungi Main Sub untuk memastikan tegangan cukup untuk melakukan
start group Limestone Crusher.
|
Start group Limestone Crusher.
|
Kendalikan operasi sampai kondisi normal dengan proporsi material
Limestone dan Clay dari Pengendalian Proses.
|
Pantau dan amati sampai kondisi peralatan beroperasi dengan normal.
|
Jika level Surge Bin di atas 50%, start Appron 242AC1 atau 243AC1 dan
kendalikan feed kurang lebih 1500 ton/jam.
|
Start Appron Clay setelah Appron Surge Bin dengan interval waktu 5
menit untuk Tuban 2 dan 13 menit untuk Tuban 3 dengan feed clay
menyesuaikan setting prosentase yang ditetapkan.
|
IV. ALAT-ALAT
YANG DIPERGUNAKAN
Tuban 1 : Meliputi Transport pile dan
peralatan utama.
Tuban 2
dan 3 : Transport pile dan peralatan
utama.
V. FORM/RECORD
YANG TERKAIT :
1. Log Sheet Operasi Crusher
2. Laporan Harian Operasional Seksi Operasi
Crusher
3. Rekapitulasi Produksi Crusher.
4.6.3.
OPERASI
CORRECTION (LIMESTONE CORRECTION)
I. TUJUAN
12. Memberikan petunjuk cara pembuatan correction
pile (Limestone-Correction).
13. Menjamin
hasil pembuatan pile yang berkualitas sesuai yang dipersyaratkan sehingga dapat
dipertanggung jawabkan keakurasiannya sesuai dengan kebutuhan dan jaminan
terhadap peralatan yang dipergunakan.
14. Menjamin
sistem dokumentasi yang dipersyaratkan, terkontrol dan terkendali.
II.
LANGKAH KERJA
2.1 Tuban 1 :
1. Berdasarkan rencana pembuatan pile, lakukan
koordinasi dengan Pengawasan Tambang, PT. UTSG, Pengendalian Proses, Raw Mill
dan Swadaya.
2. Lakukan pengecekan lapangan terhadap semua
peralatan mulai transport pile dan peralatan utama (Limestone Crusher) dan
dinyatakan layak operasi serta aman.
3. Posisikan selector CCR untuk 241BC5 ke arah
Correction Pile.
4. Start group transport pile mulai dari 241BC5
sampai dengan 241BC1 atau 241BC2. Pantau dan amati sampai kondisi peralatan
beroperasi dengan normal.
5. Hubungi Main Sub untuk memastikan tegangan
cukup untuk melakukan start goup Limestone Crusher (231CR1 atau 231CR2).
6. Start group Limestone Crusher.
7. Start Wobbler Feeder dan kendalikan operasi
sampai kondisi normal dengan feed limestone kurang lebih 1500 Ton/jam.
8. Catat setiap jam kondisi operasional, masalah
yang ada dan catat perolehan produksi di akhir shift.
2.2. Tuban 2 dan 3 :
1.
Berdasarkan
rencana pembuatan pile, lakukan koordinasi dengan Pengawasan Tambang, PT. UTSG,
Pengendalian Proses, Raw Mill dan Swadaya.
2.
Lakukan
pengecekan lapangan terhadap semua peralatan mulai transport pile dan peralatan
utama (Limestone Crusher) dan dinyatakan layak operasi serta aman.
3.
Posisikan
selector lapangan dan tripper secara manual di area yang akan diisi correction
(pile correction).
4.
Pastikan
selector 242BC6 atau 243BC6 mengarah ke Secondary Crusher 242CR1 atau 243CR1
(forward) kecuali dengan alasan yang kuat bisa tanpa Secondary Crusher (by pass
/ reverse).
5.
Start
group transport pile mulai dari Tripper (242TR1 atau 243TR1) sampai dengan
242BC4 atau 243BC4. Pantau dan amati sampai kondisi peralatan beroperasi dengan
normal.
6.
Hubungi
Main Sub untuk memastikan tegangan cukup untuk melakukan start group Limestone
Crusher (Crusher 1 atau Crusher 2)
7.
Start
Wobbler Feeder dan kendalikan operasi sampai kondisi normal untuk mengisi Surge
Bin Bin (242AC1 atau 243AC1).
8.
Jika
level Surge Bin di atas 50% start appron 242AC1 atau 243AC1 dan kendalikan feed
kurang lebih 1500 T/jam.
9.
Catat setiap
jam kondisi operasional, masalah yang ada dan catat perolehan produksi di akhir
shift.
III.
DIAGRAM ALIR
3.1 Tuban 1:
Berdasarkan rencana pembuatan pile, lakukan koordinasi dengan
Pengawasan Tambang, PT. UTSG, Pengendalian Proses, Raw Mill dan Swadaya.
|
Posisikan selector CCR untuk 241BC5 ke arah Correction Pile.
|
Lakukan pengecekan lapangan terhadap semua peralatan mulai transport
pile dan peralatan utama (Limestone Crusher) dan dinyatakan layak operasi
serta aman.
|
Start group Limestone Crusher.
|
Start Wobbler Feeder dan kendalikan operasi sampai kondisi normal
dengan feed limestone kurang lebih 1500 Ton/jam.
|
Catat setiap jam kondisi operasional, masalah yang ada dan catat
perolehan produksi di setiap akhir shift.
|
Start group transport pile mulai dari 241BC5 sampai dengan 241BC1
atau 241BC2. Pantau dan amati sampai kondisi peralatan beroperasi dengan
normal.
|
Hubungi Main Sub untuk memastikan tegangan cukup untuk melakukan
start group Limestone Crusher (231CR1 atau 231CR2).
|
3.2 Tuban 2 dan 3:
Berdasarkan rencana
pembuatan pile, lakukan koordinasi dengan Pengawasan Tambang, PT. UTSG,
Pengendalian Proses, Raw Mill dan Swadaya.
|
Lakukan pengecekan
lapangan terhadap semua peralatan mulai transport pile dan peralatan utama
(Limestone Crusher) dan dinyatakan layak operasi serta aman.
|
Posisikan selector lapangan dan tripper secara manual di area yang
akan diisi correction (pile correction).
|
Pastikan selector 242BC6
atau 243BC6 mengarah ke Secondary Crusher 242CR1 atau 243CR1 (forward)
kecuali dengan alasan yang kuat bisa tanpa Secondary Crusher (by pass /
reverse).
|
Hubungi Main Sub untuk memastikan tegangan cukup untuk melakukan
start group Limestone Crusher (Crusher 1 atau Crusher 2).
|
Start Wobbler Feeder dan kendalikan operasi sampai kondisi normal
untuk mengisi Surge Bin Bin (242AC1 atau 243AC1).
|
Jika level Surge Bin di atas 50% start appron 242AC1 atau 243AC1 dan
kendalikan feed kurang lebih 1500 ton/jam.
|
Start group transport pile mulai dari Tripper (242TR1 atau
243TR1) sampai dengan 242BC4 atau
243BC4. Pantau dan amati sampai kondisi peralatan beroperasi dengan normal.
|
Catat setiap jam kondisi operasional, masalah yang ada dan catat
perolehan produksi di setiap akhir shift.
|
IV.
ALAT-ALAT YANG DIPERGUNAKAN
Tuban 1 : Transport pile (241BC1 atau
241BC2 sampai dengan 241BC5)
dan peralatan utama.
Tuban 2 dan 3 :
Transport pile dan peralatan utama.
V.
FORM/RECORD YANG TERKAIT:
1. Log Sheet Operasi Crusher
2. Laporan Harian Operasional Seksi Operasi Crusher
3. Rekapitulasi Produksi Crusher.
4.6.4.
INSPEKSI PERALATAN CRUSHER
I.
TUJUAN
1. Memberikan petunjuk cara melakukan inspeksi
peralatan Crusher.
2. Menjamin
hasil inspeksi yang baik sesuai yang dipersyaratkan sehingga dapat
dipertanggung jawabkan kevalidannya sesuai dengan kebutuhan.
3. Menjamin
sistem dokumentasi yang dipersyaratkan, terkontrol dan terkendali.
II. LANGKAH KERJA
2.1 INSPEKSI BREAKER PLATE DAN CLEANING BARS
a. Sprocket & chain Periksa kondisi sprocket,
kekencangan rantai dan baut pengikat.
b. Link bar & shaft Periksa kondisi link bar
,linkpin dan bronze bushung ( bergeser, retak & aus )
c. Lubrikasi Periksa
pelumasan pada bearing dan sprocket.
d. Drive unit Periksa
kondisi motor, reducer, tentang : getaran, panas dan kelainan suara.
e. Lain-lain Periksa kelainan
pada alat, baut pengikat dan bersihkan kotoran.
2.2. INSPEKSI ROTOR HAMMER
a. Hammer, shaft, liner Periksa kondisi hammer terhadap
geseran dengan liner
b. Rubber bushing Periksa
kondisi rubber bushing (pecah, kendor, lepas).
c. Bearing rotor hammer Periksa baut pengikat bearing,
pelumasan, panas dan kelainan suara.
d. Lubrikasi Periksa tekanan
sirkulasi pelumasan bearing : 20-30 psi.
e. Drive unit Periksa kondisi
motor, fly wheel tentang getaran, panas dan suara.
f. Lain-lain Periksa kelainan
pada alat, baut pengikat dan bersihkan kotoran.
2.3.
INSPEKSI WOBBLER FEEDER
a. Sprocket dan rantai Periksa kondisi sprocket, kekencangan
rantai dan baut pengikat.
b. Wobbler bars Periksa kondisi wobbler
bars, mungkin bergeser.
c. Hidrolik dan lubrikasi Periksa splai tekanan hidrolik
kekencangan rantai : 75 - 85 psi.
d. Lubrikasi Periksa tekanan
sirkulasi pelumasan bearing : 20 -30 psi.
e. Drive unit Periksa kondisi
motor, fly wheel tentang getaran, panas dan kelainan suara.
f. Lain-lain Periksa kelainan
pada alat, baut pengikat dan bersihkan kotoran.
2.4. INSPEKSI BAG FILTER
a. Fans dan drive unit Periksa kondisi motor, fan, v-belt,
tentang getaran, panas dan kelainan suara.
b. Rotary air locked Periksa kondisi motor, reducer
tentang : getaran, panas dan kelainan suara.
c. Filter bag Periksa kebocoran
atau kebuntuan bag.
d. Chasing & hopper Periksa
kebocoran chasing dan kebuntuan hopper.
III.
DIAGRAM ALIR
3.1.
INSPEKSI BREAKER PLATE DAN CLEANING BARS
Periksa kondisi
sprocket, kekencangan rantai dan baut pengikat.
|
Periksa kondisi
link bar mungkin bergeser.
|
Periksa pelumasan
pada bearing dan sprocket.
|
Periksa kondisi motor, reducer, tentang
: getaran, panas dan kelainan suara
|
Periksa kelainan
pada alat, baut pengikat dan bersihkan kotoran.
|
3.2.
INSPEKSI ROTOR HAMMER
Periksa kondisi
hammer terhadap geseran dengan liner
|
Periksa kondisi rubber bushing (pecah,
kendor, lepas).
|
Periksa baut
pengikat bearing, pelumasan, panas dan kelainan suara
|
Periksa tekanan
sirkulasi pelumasan bearing : 20-30 psi.
|
Periksa kondisi motor, fly wheel tentang
getaran, panas dan suara.
|
Periksa kelainan
pada alat, baut pengikat dan bersihkan kotoran
|
3.3. INSPEKSI WOBBLER FEEDER
Periksa kondisi
sprocket, kekencangan rantai dan baut pengikat.
|
Periksa kondisi
wobbler bars, mungkin bergeser.
|
Periksa splai
tekanan hidrolik kekencangan rantai : 75 - 85 psi.
|
Periksa tekanan sirkulasi pelumasan bearing : 20 -30
psi.
|
Periksa kondisi
motor, fly wheel tentang getaran, panas dan kelainan suara.
|
Periksa kelainan
pada alat, baut pengikat dan bersihkan kotoran.
|
3.4. INSPEKSI BAG FILTER
Periksa kondisi
motor, fan, v-belt, tentang getaran, panas dan kelainan suara.
|
Periksa kondisi motor, reducer tentang :
getaran, panas dan kelainan suara.
|
Periksa kebocoran
atau kebuntuan bag.
|
Periksa kebocoran chasing dan kebuntuan
hopper.
|
IV.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
V.
FORM/RECODR
YANG TERKAIT
- Schedule inspeksi operasi crusher
- Check list inspeksi crusher
3. Laporan Harian Preventive Seksi Operasi
Crusher
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Program
kegiatan praktek kerja lapangan yang telah kami melaksanakan kurang lebih
selama 30 hari, terdapat persamaan dan juga perbedaan antara aspek-aspek pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan secara teoritis yang telah diperoleh selama di bangku kuliah, dengan kenyataan yang ada dilapangan.Dan
hal itu justru dapat saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Semoga dengan kerja praktek ini dapat
tercipta kesatuan wawasan, pengertian dan gerak langkah antara
semua pihak yang terlibat sehingga memungkinkan terwujudnya atmosfir yang
komunikatif dan dinamis dalam pelaksanaan
kerja praktek sesungguhnya. Adapun hal-hal penting yang dapat disimpulkan
diantaranya:
1. kerja Praktek merupakan sarana atau wadah
untuk menerapkanteori yang didapat selama kuliah dengan keadaan dilapangan..
2. Pada umumnya kegiatan PKL ini
berjalan cukup baik. Namun kami belum sepenuhnya merasakan bagaimana
sebenarnya dunia kerja itu karenatidak jelasnya kegiatan apa saja yang harus
kami lakukan di perusahaan. Tapi ada
beberapa hal juga yang memang harus dibenahi oleh pihak Jurusan agar nantinya
dapat menjadikan kegiatan PKL di masa mendatang berjalan jauh lebih baik
lagi.
B. SARAN
Adapun saran yang bisa dipertimbangkan
dari Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di PT.Semen Gresik (Persero) Tbk.
antara lain :
1. Selama kami melakukan Praktek Kerja Lapangan
fasilitas APD (Alat Pelindung Diri) yang kami gunakan tidak sesuai yang kami
harapkan misalnya kacamata, dan ear protector tidak di sediakan oleh bagian
K-3.
2. Selama kami
melakukan Praktek Kerja Lapangan,seringkali terdapat pekerja dan tamu luar
pabrik yang kurang memiliki kesadaran dalam memanfaatkan APD (Alat Pelindung
Diri) yang ada, guna keselamatan diri.
Langganan:
Postingan (Atom)